Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Central Asia Tbk. tetap lebih memilih kantor cabang konvensional dibandingkan dengan yang digital.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja berpendapat, kebutuhan kantor cabang digital tidak lebih mendesak dibandingkan kantor cabang konvensional. Oleh karena itu, sejauh ini BCA lebih memprioritaskan kehadiran kantor cabang konvensional.
“Cabang digital itu seperti etalase toko saja, buat perkenalan produk dan layanan. Dan lagi, kalau sudah bisa akses semua via mobile buat apa ke kantor cabang digital,” ucapnya.
Pada dasarnya, saat inni PT Bank Central Asia Tbk. terbilang mengerem penambahan kantor cabang baru di berbagai wilayah di Indonesia. Sebelum era digital tumbuh subur, setiap tahun penambahan kantor cabang baru bisa mencapai 80 titik tetapi sekarang hanya 30 – 40 unit saja.
“Tetap ada penambahan tetapi jumlahnya tidak sebanyak dulu, bagaimanapun masih banyak daerah yang belum terjamah perbankan jadi kantor cabang masih dibutuhkan,” ucap Jahja.
Secara umum, perbankan memang menahan diri dalam menambah jumlah kantor cabang konvensional. Pasalnya, transaksi perbankan secara digital semakin laris sehingga mengurangi intensitas nasabah datang ke kantor cabang.
Selain karena terjadi pergeseran gaya transaksi nasabah, penambahan kantor cabang juga memakan biaya yang tidak murah. Jahja mengutarakan, untuk satu kantor cabang skala kecil butuh investasi antara Rp700 juta sampai dengan Rp1 miliar.
“Bagaimanapun kantor cabang memang masih dibutuhkan. Kantor cabang yang BCA tambah [setiap tahun] benar-benar kantor baru bukan relokasi,” ucap Jahja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel