Modal Tak Berwujud Sumbang Rata-Rata 30% Nilai Produk Manufaktur

Bisnis.com,24 Nov 2017, 01:32 WIB
Penulis: David Eka Issetiabudi
Direktur Jenderal WIPO Francis Gurry (kiri)/Kemenlu.go.id

Bisnis.com, JAKARTA — Modal tak berwujud, seperti merek, desain, dan inovasi teknologi, menyumbang rata-rata 30% dari total nilai produk manufaktur.

Temuan tersebut berasal dari laporan World Intellectual Property Report 2017, yang dirilis oleh WIPO. Dalam WIPR 2017 bertajuk Intangible Capital in Global Value Chains, ditemukan juga  nilai riil yang dihasilkan dari intangibles asset mencapai US$5,9 triliun pada 2014 atau meningkat 75% dibandingkan dengan nilai pendapatan pada 2000.

Direktur Jenderal WIPO Francis Gurry mengatakan modal tak berwujud akan semakin menentukan nasib dan keberuntungan perusahaan dalam rantai pasok global. Menurutnya, daya tarik umum, tampilan dan fungsi sebuah produk akan menentukan kesuksesan di pasar.

“Kekayaan intelektual pada akhirnya menjadi cara bagi perusahaan untuk mengamankan keunggulan kompetitif yang mengalir bagi mereka,” tuturnya, dalam keterangan resmi.

Dengan studi khusus yang dititikberatkan pada produk kopi, panel surya dan smartphone ini,  merujuk dari laporan nasional dan statistik perdagangan internasional dari seluruh dunia. Besarnya kontribusi modal tak berwujud, mengalahkan besaran modal yang dikucurkan perusahaan untuk investasi bangunan dan permesinan.

WIPO mengambil sampel dari produk ponsel pintar milik Apple dan Samsung, yang mendominasi pasar high-end dengan harga di atas US$400 per unitnya. Untuk segmen ini, Samsung dan Apple masing-masing memiliki pangsa pasar sebesar 57% dan 25%.

Misalnya Apple yang menjual iPhone 7 dengan nilai US$810 setidaknya mengambil 42% dari nilai penjualan unit yang dialokasikan untuk mengganti modal tak berwujud yang dikeluarkan perusahaan. Sementara itu, Samsung mengambil 34% harga produk untuk modal tak terwujud.

Pada segmen ini, intangible asset yang penting mencakup teknologi, desain perangkat keras, dan perangkat lunak dan pemasaran.

Gurry mengatakan reputasi dan citra merek memungkinkan perusahaan untuk membedakan penawaran mereka dari pesaing dan memainkan peran di semua segmen pasar.

Untuk industri kopi, teknologi juga memainkan peran kunci dalam transformasi biji kopi menjadi secangkir minuman.

WIPR 2017 memetakan data paten untuk sektor ini, dan menemukan bahwa inovasi di seluruh rantai pasok meningkat dalam aktivitas usaha yang mendekati konsumen. Termasuk juga pengolahan biji, hingga distribusi akhir produk kopi.

Pergeseran preferensi konsumen juga mengubah rantai pasok kopi global, yang beralih dari mengkonsumsi di dalam rumah, kemudian di kedai kopi, hingga belakangan konsumen yang tertarik tentang cerita mengenai sejarah kopi dengan bersedia membayar mahal.

"Petani kopi dan bahkan negara, berinvestasi dalam upaya untuk melampaui konsumsi kopi secara generik, dan mengadopsi strategi branding mereka sendiri," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini