Banjir Porong: KAI Daop 8 Surabaya Kembalikan Biaya Tiket 100%

Bisnis.com,28 Nov 2017, 00:25 WIB
Penulis: Peni Widarti
Jalan Raya Porong terendam banjir, di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (27/11). Banjir akibat curah hujan tinggi selama beberapa hari terakhir membuat jalan Raya Porong serta rel kereta api jalur timur terendam air./ANTARA-Umarul Faruq

Kabar24.com, SURABAYA - PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya mengembalikan biaya tiket 100% kepada penumpang kereta api yang mengalami pembatalan akibat perlintasan rel di kawasan Porong Sidoarjo tidak dapat dilalui karena banjir.

Sedikitnya ada 6 kereta api yang tertahan atau dialihkan akibat banjir tersebut yakni KA Jayabaya tujuan Jakarta-Malang, KA Sri Tanjung Banyuwangi-Surabaya, KA Bima Malang-Surabaya Gubeng, KA Mutiara Timur, KA Logawa Ranggajati, dan KA Mutiara Selatan.

Manajer Humas KAI Daop 8 Surabaya, Gatut Sutiyatmoko mengatakan selain mengembalikan biaya tiket dengan menunjukan tiket asli dan kartu identitas di loket stasiun, KAI Daop 8 juga memindahkan ratusan penumpang kereta api ke dalam bus di Stasiun Gubeng Surabaya.

"Kami memohon maaf kepada seluruh penumpang kereta yang mengalami gangguan perjalanan, mengingat ketinggian air mencapai 29 cm di atas kop rel, maka jalur ini (Porong) tidak bisa dilewati," katanya dalam siaran rilis, Senin (27/11/2017).

Gatut menambahkan, sejak 28 November 2017, KAI Daop 8 melakukan normalisasi jalur dengan meninggikan rel menggunakan kereta khusus dan menambah batu balas agar jalur rel di kawasan Porong Sidoarjo menjadi lebih tinggi.

"Kami akan percepatan normalisasi jalur rel nya supaya bisa segera difungsikan," imbuhnya.

Diketahui banjir di kawasan Porong tersebut terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan merupakan air kiriman dari Kali Ketapang (Sungai Ketapang). Arus lalu lintas di kawasan tersebut pun harus dialihkan ke jalur-jalur alternatif lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini