Di Kaki Gunung Asama Jepang, 5 Kepala Daerah di Sumut Timba Ilmu Kebencanaan

Bisnis.com,30 Nov 2017, 16:39 WIB
Penulis: Yoseph Pencawan
Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi (ketiga kiri) bersama dengan delegasi di kantor Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MLIT), Biro Pembangunan Daerah Kanto, Tone River Water System Sabo Office, Jepang, Kamis 30 November 2017./JIBI - Istimewa

Bisnis.com, MEDAN - Sebanyak lima kepala daerah di Provinsi Sumatera Utara dilaporkan sedang berkunjung ke Negri Sakura untuk melakukan studi kebencanaan, khususnya penanganan erupsi gunung berapi, yang dimulai pada Kamis (30/11)

Kelima kepala daerah tersebut a.l. Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi, Bupati Karo Terkelin Brahmana, Bupati Tapanuli Tengah Bakhtiar Ahmad Sibarani, Bupati Tapanuli Selatan Syahrul Pasaribu dan Wali Kota Sibolga Syarfi Hutauruk.

"Ikut juga Kepala BPBD Sumut Riadil Akhir Lubis dan Kepala BPBD Kota Medan Arjuna Sembiring," sebut keterangan pers Humas Pemprov Sumut, Kamis (30/11/2017).

Diterangkan bahwa kegiatan itu berlangsung di kantor Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MLIT), Biro Pembangunan Daerah Kanto, Tone River  Water System Sabo Office, yang berada di bawah kaki Gunung Asama, Jepang, 145 km dari Kota Tokyo.

Delegasi Sumut mendapat paparan tentang kegunung berapian dari sejumlah pejabat setempat. Jepang sendiri memiliki lima gunung berapi aktif dan berbahaya, yakni Gunung Fuji, Sakurajima, Asama, Shinmoedake dan Gunung Aso.

Khusus Gunung Asama, tercatat pernah mengalami aktivitas pada 3 April 1783 hingga awal Juli dengan ledakan cukup besar pada 8 Juli 1783 yang menewaskan 35 ribu jiwa. Letusan terakhir gunung ini terjadi pada 2 Februari 2009, menyebabkan hujan abu yang menyelimuti Kota Tokyo.

Usai pertemuan, Gubernur Tengku Erry menjelaskan, provinsinya memiliki gunung berapi yang masih aktif hingga saat ini, yakni Gunung Sinabung, yang terletak di Kabupaten Karo. Tidak hanya bencana letusan gunung berapi, Sumut juga memiliki risiko tinggi untuk terpapar dan terkena bencana alam lain seperti banjir, longsor dan gempa.

Inilah pertimbangan yang menurutnya melatari keberadan mereka di Jepang, yakni memelajari bagaimana menangani dan menanggulangi bencana serta  meminimalisir jatuhnya korban jiwa dengan penerapan teknologi yang canggih.

"Mudah-mudahan banyak manfaat dari Jepang ini yang nantinya bisa dipelajari dan diterapkan di Sumut."

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini