Peralihan Operator Alat JICT, Serikat Pekerja Nyatakan 5 Sikap

Bisnis.com,12 Des 2017, 17:56 WIB
Penulis: Akhmad Mabrori
Jakarta International Container Terminal (JICT)/Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA - Serikat Pekerja Jakarta International Container Terminal (SPJICT) menyampaikan lima sikap atas langkah manajemen terminal peti kemas tersibuk di Indonesia itu yang bakal mengalihkan operator alat bongkar muat mulai 1 Januari 2018 kepada vendor PT Multi Tally Indonesia (MTI).

Ketua Umum SPJICT Nova Sofyan Hakim mengatakan sehubungan pernyataan Wakil Direktur Utama JICT Riza Erivan terkait peralihan operator rubber tyred gantry crane (RTGC) di JICT, maka SPJICT menyampaikan lima pernyataan sikap untuk menjadi kritik dan masukan kepada manajemen JICT.

Pertama, menjadi pertanyaan bagi SPJICT, bahwa peralihan operator RTGC JICT dikatakan sebagai proses bisnis biasa lantaran vendor baru yakni PT MTI ditunjuk namun tidak punya SDM dan tidak ada pengalaman menyediakan operator RTGC.

Kedua, saat ini semua operator rekrutan baru berusaha dilatih dalam tempo hanya 2 pekan sampai akhir Desember 2017.

"Pelatihan yang dilaksanakan secara instan kepada para operator RTGC baru sangat mungkin mengancam produktivitas terminal," ujar Nova melalui siaran pers SPJICT pada Selasa (12/12/2017).

Ketiga, pada 2016, dalam memorandum, Wakil Dirut JICT Riza Erivan yang menunjuk PT Empco sebagai vendor alat bongkat muat di JICT. Karena itu, kata Nova, sangat disesalkan jika yang bersangkutan sendiri yang membalik fakta dengan pernyataan bahwa PT Empco yang telah mengambil alih kegiatan itu sebelumnya.

Keempat, SPJICT menilai para operator PT Empco sudah mendapatkan pelatihan alat sejak 2015. Jelas beda kondisi dengan para calon operator baru dengan latar belakang pegawai minimarket, penjaga gudang, pegawai konsultan asing, dan penjaga pintu tol yang saat ini direkrut PT MTI.

Kelima, pemaksaan langkah manajemen JICT itu berpotensi ada 400 pekerja outsourcing eksisting yang terancam kehilangan pekerjaan. Padahal ratusan pekerja ini telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produktivitas JICT.

Oleh sebab itu, menurut Nova, jangan sampai kasus PHK massal sopir awak mobil tangki PT Pertamina yang juga berperan penting terhadap alur produksi terulang di JICT.

"Langkah Direksi JICT ini mempertaruhkan kinerja pelabuhan dan kondusivitas iklim kerja di JICT. Ada apa sesungguhnya di balik ini?" ujar Nova.

Manajemen JICT meyakini rencana peralihan operator alat bongkar muat di JICT mulai 1 Januari 2018 untuk meningkatkan performance dan produktivitas di terminal peti kemas tersibuk di Indonesia itu.

Riza Erivan mengatakan sebelumnya vendor operator alat bongkar muat di JICT dilakukan oleh PT Empco, namun setelah dilakukan tender secara transparan, manajemen memutuskan mulai awal 2018, vendor operator alat bongkar muat dilakukan PT MTI.

"Ini proses bisnis biasa, dimana PT.MTI sebagai pemenang tender berhak untuk supplier RTGC operator dan PT Empco (operator sebelumnya) sebagai pihak yang kalah tender dan gak terpilih lagi," ujar Riza, kepada Bisnis pada Selasa (12/12/2017).

Manajemen JICT juga meyakini proses peralihan operator bongkar muat di terminal JICT justru mendongkrak kinerja pelayanan kepada seluruh customer.

Operator tersebut, tambahnya, juga merekrut sumber daya manusia eks-PT Empco, sehingga pengalaman bisa didapat dari berjalannya waktu untuk sebagian operator lainnya.

"Setahun yang lalu, PT Empco juga mengambil alih operator RTGC tanpa pengalaman, sehingga produktivitas dilapangan rendah. Jadi, seharusnya Serikat Pekerja JICT membantu proses ini dengan sebaik-baiknya," ujar Riza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini