Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah bank baik pelat merah maupun swasta meyakini kinerja pendapatan berbasis komisi atau fee based income pada 2018 bakal lebih baik. Mereka tak ragu membidik pertumbuhan pendapatan komisi dapat mencapai dua digit.
Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Herry Sidharta mengutarakan bahwa pada tahun depan diharapkan pendapatan berbasis komisi dapat tumbuh lebih baik daripada 2017.
“Harapannya kami FBI meningkat. [Dua digit] itu pengennya sih. Doakan saja,” ucapnya kepada Bisnis, Kamis (14/12/2017).
Herry menyatakan bahwa pendapatan berbasis komisi pada 2018 bakal menjadi salah satu andalan perseroan selain dari pendapatan bunga. Strategi yang ditempuh emiten berkode saham BBNI ini ialah dengan tidak hanya mengandalkan FBI berbasiskan nasabah konsumer.
Lebih jauh lagi, bank pelat merah tersebut hendak memacu perolehan pendapatan berbasis komisi dari nasabah business banking, seperti trade finance, bank garansi, sindikasi, dan lain-lain. Strategi ini didukung denganlayanan perbankan digital emiten perbankan berkode saham BBNI tersebut secara keseluruhan.
Adapun, Presiden Direktur PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Hariyono Tjahjarijadi mengatakan, pada tahun depan pihaknya mematok pertumbuhan pendapatan berbasis komisi sekitar 20%. “Ke depan [FBI dari biaya adiministrasi] terpaksa harus ditingkatkan,” tutur dia.
Pada tahun-tahun mendatang, imbuh Hariyono, industri perbankan bakal semakin mengandalkan pendapatan dari komisi guna menunjang profit perusahaan. Bank tidak bisa lagi sekadar bergantung kepada selisih antara funding dan lending.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja menuturkan, lazimnya FBI perseroan tumbuh di kisaran 10% sampai dengan 15% setiap tahun. Yang dikejar oleh emiten berkode saham BBCA ini lebih kepada volume transaksi.
Sedikit kontra dengan Bank Mayapada, Jahja menilai,FBI hanya pemeriah dalam perolehan pendapatan bagi bank. “FBI tidak bisa dipaksakan [menjadi andalan pendapatan] karena ini hanya semacam flavor tambahan. Yang menjadi inti tetap penyaluran kredit. FBI bisa tutup cost saja sudah bagus,” kata dia.
Pada sisi lain, Josua Pardede selaku Ekonom PT Bank Permata Tbk. menuturkan bahwa sejalan dengan penurunan MDR untuk transaksi off us menjadi 1% dan on us ke level 0,15% maka masyarakat bakal lebih ringan dalam bertransaksi.
“Walaupun MDR turun tetapi transaksi menggunakan debit diperkirakan akan meningkat yang apda akhirnya dapat menjaga pendapatan nonoperasional perbankan,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel