Korupsi E-KTP: KPK Dituntut Usut Tuntas, Dan Diancam Dilempari Tomat Busuk

Bisnis.com,18 Des 2017, 20:40 WIB
Penulis: MG Noviarizal Fernandez
Petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) mencetak KTP-el di Kantor Disdukcapil Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (24/10)./ANTARA-Adeng Bustomi

Bisnis.com, JAKARTA - Hilangnya nama tiga politisi PDIP dalam dakwaan terhadap Setya Novanto memancing reaksi dari berbagai pihak, termasuk Komando Aksi Mahasiswa dan Pemuda Antikorupsi.

Santoso AS, selaku koordinator lapangan mengatakan  pihaknya mengapresiasi langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mempercepat penanganan perkara korupsi pengadaan KTP elektronik dengan tersangka Setya Novanto.

“Tapi kami berharap tidak hanya berhenti sampai di sini saja. KPK juga harus mengusut dan mengadili para koruptor lainnya yang turut menikmati aliran uang haram tersebut,” paparnya, Senin (18/12/2017).

Menurutnya, berdasarkan dakwaan dan fakta-fakta persidangan dalam rangkaian perkara tersebut, ada banyak pihak yang diduga terlibat dalam megakorupsi yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp2,3 triliun itu. Beberapa nama yang santer disebut yakni trio politisi PDIP Ganjar Pranowo, Olly Dodokambey serta Yasonna Laoly.

Karena itu, Komando Aksi Mahasiswa dan Pemuda Antikorupsi berencana menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung KPK, pada Senin siang untuk menuntut pimpinan KPK agar melakukan pengusutan secara tuntas.

Lanjutnya, dalam aksi demonstrasi tersebut, pihaknya berencana mengenakan seragam rompi oranye, mengenakan topeng bergambar wajah para koruptor, serta melemparkan tomat busuk ke Gedung KPK.

Seperti diketahui, dalam dakwaan terhadap Setya Novanto, nama ketiga politisi PDIP tersebut tidak disebutkan. Padahal, dalam dakwaan perkara dengan terdakwa Irman dan Sugiharto, petinggi Kementerian Dalam Negeri, serta Andi Agustinus alias Andi Narogong dari pihak swasta, nama ketiga politisi tersebut turut disebut menerima aliran dana terkait korupsi pengadaan KTP elektronik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini