BNI Asset Management Bidik Dana Kelolaan Rp25 Triliun

Bisnis.com,18 Des 2017, 10:11 WIB
Penulis: Yodie Hardiyan
Ilustrasi.

Bisnis.com, KUTA—Perusahaan investasi, PT BNI Asset Management, membidik dana kelolaan sekitar Rp24 triliun-Rp25 triliun pada 2018 atau meningkat dibandingkan dengan perkiraan Rp19,1 triliun sampai akhir 2017.

Direktur Utama BNI Asset Management Reita Farianti mengatakan produk reksadana saham tetap akan mendominasi produk perusahaan pada 2018. “Kita tetap masih punya potensi di dalam reksadana saham,” katanya di Kuta, Bali, akhir pekan lalu.

Menurutnya, sejumlah faktor seperti perkiraan tingkat inflasi 3,1% hingga 3,2% serta perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%-5,3% diperkirakan turut mempengaruhi kinerja reksadana saham pada 2018.

Reita menyatakan, berdasarkan perhitungan internal BNI Asset Management, reksadana saham memiliki potensi pertumbuhan kinerja 12%-15% dalam situasi suku bunga yang dianggap rendah pada saat ini.

Reksadana saham diperkirakan tetap akan menjadi primadona pada 2018. “Kalau kita bicara reksadana saham, tentu sektor-sektor yang menjadi pilihan favorit manajer investasi memang disesuaikan dengan Nawacita Pak Jokowi,” paparnya.

Kendati demikian, Reita mengatakan tidak semua aset dialokasikan oleh pihaknya ke reksadana saham, melainkan juga produk lain seperti reksadana pasar uang karena pertimbangan likuiditas.

“Don’t put everything di reksadana saham, ada share juga di pasar uang untuk likuiditi. Karena kalau reksadana pasar uang kita bisa mengharapkan imbal hasil antara 5,7% sampe 6% per annum misalnya. Dan itu menurut saya tetep di atas suku bunga,” paparnya.

Reita memaparkan pihaknya berencana meluncurkan sejumlah produk baru seperti reksadana Indeks IDX-30 pada akhir 2017 hingga Exchange Traded Fund (ETF). Menurutnya, ETF hampir mirip dengan reksadana indeks dengan perbedaan metode.

Selain itu, BNI AM juga mengkaji mengenai kemungkinan penerbitan reksadana penyertaan terbatas. “Kita mash punya di pipeline kita sekitar1 atau 2 lagi RDPT di tahun depan karene RDPT di infrastruktur mmbutuhkan ketelitian dan ke-rigid-an pemilihan proyek yang tepat dan paling pas,” paparnya.

Menurutnya, potensi penerbitan RDPT tersebut berasal dari perusahaan yang bergerak di sektor infrastruktur. Perusahaan tersebut merupakan anak usaha BUMN. Kendati demikian, Reita belum bersedia merinci mengenai potensi tersebut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini