Bisnis.com, PADANG - Laju penyaluran kredit perbankan di Sumatra Barat menunjukkan kecenderungan perlambatan yang signifikan sepanjang tahun ini. Lesunya pertumbuhan ekonomi ditengarai menjadi penyebab.
Data Kajian Ekonomi Regional dan Keuangan Daerah Sumatra Barat (Sumbar) per November 2017, yang dirilis Bank Indonesia (BI), menunjukkan kinerja penyaluran kredit bank umum di daerah itu hanya tumbuh 4,5% hingga kuartal ketiga tahun ini. Angka tersebut menjadi yang terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Tren seretnya laju kredit sudah dimulai sejak tahun lalu, di mana angka pertumbuhan kredit pada kuartal ketiga 2016 hanya sebesar 6,2%. Kinerja terus jatuh pada kuartal IV/2016 dengan capaian pertumbuhan hanya 5,6%.
Lalu, pada kuartal pertama tahun ini angkanya tumbuh 5,6% sebelum kemudian turun kembali menjadi hanya 5% pada kuartal berikutnya. Puncaknya, laju pertumbuhan kredit hanya naik 4,5% sampai September tahun ini.
Total nilai kredit hingga kuartal III/2017 adalah sebesar Rp52,56 triliun atau sedikit meningkat dari periode yang sama tahun lalu, yang nilainya Rp50,29 triliun.
Seretnya laju kredit sepanjang tiga bulan terakhir, ditopang jatuhnya kinerja sektor kontruksi yang minus 39,8% dari Rp1 triliun menjadi hanya Rp607 miliar. Kemudian, sektor pertambangan dan penggalian turun 30,7% atau dari Rp373 miliar menjadi hanya Rp258 miliar.
Sektor keuangan real estate dan jasa perusahaan mengalami kontraksi 16,5% dari Rp885 miliar menjadi Rp739 miliar, sedagkan industri pengolahan turun 16% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp5,45 triliun dari sebelumnya Rp6,49 triliun.
Sektor lain yang mengalami kejatuhan adalah perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh negatif 1,7% dari Rp13,39 triliun menjadi hanya Rp13,16 triliun. Padahal, sektor ini berkontribusi hingga 45,6% terhadap total penyaluran kredit di daerah itu.
Plt Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbar Darwisma mengakui kinerja kredit cenderung masih melambat disebabkan lesunya ekonomi. Apalagi, harga komoditas pertanian seperti karet dan sawit masih lemah.
“Kecenderungannya kredit memang agak melambat. Tidak hanya di Sumbar, secara nasional juga begitu,” ujarnya, Selasa (19/12/2017).
Darwisma mengatakan secara umum kinerja perbankan di provinsi tersebut masih baik. Meski kredit melambat, tapi kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) cenderung naik. Begitu pula dengan pertumbuhan aset perbankan yang masih terjaga di atas 7%.
Walaupun laju kredit seret, tapi kinerja DPK perbankan Sumbar mencatatkan pertumbuhan 7,5% dari Rp35,97 triliun tahun lalu menjadi Rp38,65 triliun per September ini. Sedangkan aset tercatat naik 7,2% menjadi Rp61,57 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp57,46 triliun.
Sedangkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) sebesar 3,21% dan rasio intermediasi bank (Loan to Deposit Ratio/LDR) mencapai 136%.
Dia mendorong perbankan melakukan diversifikasi produk dengan menyasar sektor-sektor baru yang potensial untuk dikembangkan. Seperti sektor pertanian yang menjadi basis perekonomian masyarakat Sumbar, serta sektor pariwisata.
“Kami dorong perbankan lebih giat di sektor pertanian karena mampu menopang hingga 24% PDRB Sumbar,” katanya.
Direktur Utama PT BPD Sumbar alias Bank Nagari Dedy Ihsan menyebutkan pihaknya sudah memberikan prioritas untuk sektor pertanian sebagai salah satu fokus penyaluran pembiayaan BUMD setempat. Dia mengklaim alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp300 miliar untuk tahun ini murni disalurkan ke pertanian, perkebunan, serta peternakan dan perikanan.
“Selain KUR, ada banyak program pembiayaan Bank Nagari yang diarahkan ke sektor pertanian dan peternakan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel