Wall Street Melemah di Tengah Kekhawatiran Investor

Bisnis.com,11 Jan 2018, 06:20 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Wallstreet/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada pada perdagangan Rabu (10/1/2018), karena para investor khawatir China akan memperlambat pembelian obligasi pemerintah AS, dan Presiden Donald Trump akan mengakhiri kesepakatan perdagangan utama.

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 16,67 poin atau 0,07% ke level 25.369,13, sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 melemah 3,06 poin atau 0,11% ke 2.748,23 dan Nasdaq Composite turun 10,01 poin atau 0,14% ke 7.153,57.

Indeks S&P dan Nasdaq mengakhiri reli penguatan enam hari setelah Bloomberg melaporkan bahwa China, pemegang obligasi AS terbesar di dunia, dapat memperlambat atau menghentikan pembelian obligasi pemerintah. Laporan tersebut mendongkrak imbal hasil obligasi pemerintah AS ke level tertinggi dalam 10 bulan.

Pelemahan indeks S&P sempat mereda karena imbal hasil turun dari level intraday tertinggi mereka dan investor mencerna laporan China. Namun, indeks kembali tertekan  setelah Reuters melaporkan bahwa Kanada semakin yakin Trump akan mengeluarkan AS dari Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).

"Ini adalah pekan yang cukup sepi data ekonomi dan keuangan. Dalam pekan seperti ini, berita politik dapat memiliki dampak yang lebih besar daripada biasanya," kata Jon Mackay, analis investasi di Schroders Investment Management, seperti dikutip Reuters.

Walaupun Mackay mengatakan bahwa aksi jual yang terjadi tergolong berlebihan, dia mengatakan bahwa perubahan pada NAFTA dapat merugikan pendapatan perusahaan.

Investor secara khusus bersikap khawatir tentang laporan China karena mereka khawatir pasar telah terlambat untuk koreksi.

Secara sectoral, sektor keuangan indeks S&P menguat paling signifikan di antara sektor lain dengan kenaikan 0,9%, didorong oleh kenaikan saham Berkshire Hathaway, JPMorgan dan Wells Fargo.

Bank dan perusahaan asuransi sering kali meningkat seiring naiknya imbal hasil obligasi karena investor mengharapkan dorongan keuntungan dari suku bunga yang lebih tinggi.

Di sisi lain, sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti utilitas dan real estat menjadi penekan terbesar dengan penurunan masing-masing 1,1% dan 1,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini