Petinggi Golkar Terjebak Polemik Soal Bamsoet

Bisnis.com,12 Jan 2018, 17:22 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Bambang Soesatyo/Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Nama Bambang Soesatyo (Bamsoet) sebagai Ketua DPR menjadi polemik di kalangan petinggi Golkar setelah politisi Ahmadi Noor Supit menyatakan Ketua Komisi III DPR itu sudah pasti menjadi pengganti Setya Novanto.

Setelah Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono membantah pernyataan Supit dengan menyatakan belum ada penunjukkan Ketua DPR, Wakil Dewan Pakar Partai Golkar Mahyudin mengaku mengatahui sudah lama nama Bamsoet akan ditunjuk sebagai ketua DPR.

"Tapi kalau saya sendiri sudah tahu lama sebelum Munas, saya sudah tahu. Tapi kan kita tidak boleh mendahului apa kebijakan Ketum,” ujarnya hari ini, Jumat (12/1/2018).

Dia mengakui bahwa di internal Golkar sudah legowo untuk posisi ketua DPR diserahkan kepada Bamsoet.

"Sampai kemarin kita di rapat pleno fraksi enggak ada yang menolak tuh. Karena menurut yang saya tahu termasuk Pak ARB [Aburizal Bakrie], selaku ketua Dewan Pembina sudah tahu nama itu. Dari awal sudah tahu semua," katanya.

Namun, kata Mahyudin, penyerahan nama Bamsoet ke DPR menunggu hasil keputusan revisi UU MD3 mengenai penambahan kursi pimpinan DPR dan MPR untuk PDIP.

Sedangkan Anggota Dewan Pembina Partai Golkar Fadel Muhammad mementahkan pernyataan Supit yang menyebut Bamsoet telah ditunjuk menjadi ketua DPR.

"Dia [Supit] itu siapa? Dia itu bukan apa-apa. Dia itu bukan ketua umum kan. Yang menentukan itu ketua umum, jadi tolong bilang ke teman-teman itu kita tunggu,” ujarnya kepada wartawan.

Menurutnya, DPR itu mitra kerja presiden sehingga bagaimanapun juga harus di konsultasikan dengan presiden dan wapres.

Fadel mengungkapkan, semua kader Golkar di DPR berpeluang menjadi pucuk pimpinan Dewan. Dengan begitu, kata dia, belum ada nama yang sudah pasti menjadi Ketua DPR yang dipilih Airlangga Hartanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini