Rupiah Terdepresiasi Bersama Mayoritas Mata Uang di Asia

Bisnis.com,16 Jan 2018, 17:29 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir terdepresiasi pada perdagangan hari ini, Selasa (16/1/2018), di tengah pelemahan mayoritas mata uang di Asia.

Rupiah ditutup melemah tipis 0,05% atau 6 poin di Rp13.338 per dolar AS. Pagi tadi, rupiah dibuka stagnan di posisi 13.332, setelah pada perdagangan Senin (15/1) berakhir menguat 0,16% atau 21 poin.

Pelemahan rupiah hari ini sekaligus mematahkan reli apresiasi empat hari berturut-turut sebelumnya. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.319 – Rp13.340 per dolar AS.

Sementara itu, mayoritas mata uang lainnya di Asia terpantau melemah, dipimpin rupee India sebesar 0,95%, peso Filipina dengan 0,32%, dan dolar Singapura yang terdepresiasi 0,23%.

Di sisi lain, won Korea Selatan merupakan satu-satunya mata uang yang terapresiasi meski dengan penguatan hanya 0,01%.

Dilansir Bloomberg, mayoritas mata uang emerging markets di Asia terdepresiasi di tengah spekulasi bahwa China dapat mengambil langkah-langkah untuk meredakan penguatan yuan yang telah menyentuh level terkuatnya dalam lebih dari dua tahun.

“Ada sedikit kehati-hatian pasca apresiasi yang cepat pada yuan dan hal itu mungkin menyebabkan beberapa koreksi pada mata uang emerging markets di Asia,” ujar Masakatsu Fukaya, pedagang forex emerging markets di Mizuho Bank Ltd., seperti dikutip dari Bloomberg.

Namun, menurutnya, tidak ada alasan untuk membalik tren penguatan mata uang emerging markets dan pelemahan dolar AS. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,37% atau 0,334 poin ke level 90,640 pada pukul 16.58 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan pelemahan 0,54% atau 0,495 poin di level 90,479, setelah pada perdagangan Senin (15/1) berakhir stagnan di posisi 90,974.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini