Bisnis.com, JAKARTA-Bank Indonesia memutuskan mempercepat implementasi Giro Wajib Minimum (GWM) rata-rata.
Dari total GWM rupiah bank umum konvensional sebesar 6,5% dari Dana Pihak Ketiga (DPK), porsi GWM rata-rata diperlonggar dari 1,5% menjadi 2% dari DPK.
Direktur Utama PT Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan, keputusan BI tersebut ini bagus untuk bank. Sebab, dengan demikian bank bisa lebih leluasa lagi dalam memberikan pembiayaan.
"Ada ruang gerak lebih didalam memberikan pembiayaan," katanya kepada Bisnis, Jumat (19/1/2018).
Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Iman Nugroho Soeko mengatakan, dampak dari perubahan GWM tersebut berbeda-beda. Tergantung kondisi bank.
"BTN kebetulan LFR-nya di atas 100%. Kami akan rapatkan untuk mendalami dampak dan mitigasi yang harus dilakukan," katanya.
Menurutnya, perseroan masih mampu mengontrol jika hanya harus menjaga rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) di atas 14% seperti yang ditentukan BI.
Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengatakan, pelonggaran GWM rata-rata ditujukan untuk memastikan kondisi likuiditas bank tetap terjaga.
"Mengingat permintaan kredit tahun ini diperkirakan meningkat seiring ekspektasi perbaikan ekonomi domestik dan risiko kredit yang menurun," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel