Bisnis.com, JAKARTA — Banyak pihak yang menilai momentum Pilkada serentak tahun ini akan memberikan banyak kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Tetapi, tidak demikian menurut Standard Chartered Indonesia.
Dari hasil riset Stanchart terhadap outlook economic Indonesia 2018, momentum pemilihan kepala daerah tersebut hanya akan memberikan kontribusi 0,02% terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Pertumbuhan ekonomi dari Pilkada Serentak itu tidak begitu berpengaruh. Jadi, kami mengestimasikan kontribusinya hanya 0,02%,” Chief Economist Standard Chartered Indonesia, Aldian Taloputra, menjawab pertanyaan Bisnis.com di Jakarta, Senin (22/1/2018).
Menurutnya, investasi tidak begitu kencang di tahun politik. Dari hasil analisis bank tersebut, kebanyakan investor masih berhati-hati dalam menggelontorkan uang untuk berinvestasi pada tahun politik. “Meski pemerintah masih akan melanjutkan pembangunan infrastruktur,” katanya.
Namun, dari hasil research Stanchart, ekonomi Indonesia akan melanjutkan pertumbuhannya di tahun ini. Tahun lalu, ekonomi Indonesia tumbuh 5,1%. Standchart memprediksi, tahun ini ekonomi akan tumbuh 5,2%. “Bukan Pilkada serentak yang banyak memberikan kontribusi. Tetapi kepada persoalan ekonomi global,” tegas Aldian.
Aldian menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Pertama,pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Pihaknya memperkirakan pertumbuhan PDB akan meningkat menjadi 5,2% secara y-o-y pada 2018 karena investasi dan ekspor yang lebih kuat.
Kedua, pemerintah cenderung menyempurnakan kebijakan untuk mendukung daya beli rumah tangga, sekaligus memjaga pengeluaran infrastruktur sebagai prioritas. "Kami melihat risiko terhadap target defisit fiskal sebesar 2,2% dari PDB karena potensi kekurangan pendapatan," kata Aldian.
Ketiga, tingginya harga minyak terhadap ekonomi merupakan hal netral yang menjadi positif, tergantung pada dampaknya terhadap inflasi dan korelasinya dengan harga komoditas lainnya.
"Kami memperkirakan inflasi lebih tinggi sedikit pada tahun ini," tambahnya.
Keempat, inflasi yang dapat dikelola, dengan kondisi dolar AS yang lemah, memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan tingkat suku bunga yang tidak berubah tahun ini.
"Terakhir, faktor politik cenderung menjadi pertimbangan yang lebih menonjol dalam pembuatan kebijakan selama tahun-tahun pemilihan. Namun, secara historis, Stanchart melihat minimnya risiko politik terhadap kinerja ekonomi."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel