Government Shutdown di AS Berpeluang Terjadi Lagi, Ini Pemicunya

Bisnis.com,24 Jan 2018, 17:05 WIB
Penulis: Yustinus Andri DP
Ilustrasi/Reuters-Joshua Roberts

Kabar24.com, JAKARTA—Ancaman terjadinya government shutdown berpeluang mengemuka kembali, ketika kubu Partai Demokrat dan Partai Republik kembali berselisih di Senat AS.

Hal itu terjadi ketika para senator Demokrat menarik tawaran untuk menyetujui pendanaan pembangunan tembok perbatasan Amerika Serikat-Meksiko. Dukungan tersebut ditarik karena perundingan mengenai program bantuan dana bagi imigran muda atau Deferred Action for Childhood Arrivals  (DACA) kembali menemui jalan buntu.

Seperti diketahui, Demokrat ingin agar undang-undang yang menjamin bantuan dana bagi imigran yang masuk sejak kecil ke AS itu dipertahankan. Sementara itu, Republik dan Presiden AS Donald Trump justru menginginkan sebaliknya.

Hal ini, membuat perbedaan pandangan antara dua partai utama di Paman Sam di Senat AS kembali melebar. Kondisi ini, jika berjalan dalam waktu lama, ditakutkan akan kembali menimbulkan government shutdown ketika masa pendanaan jangka pendek selesai pada 8 Februari mendatang.

“Jadi kita harus memulai perundingan baru lagi, tawaran kami mengenai pendanaan tembok perbatasan tidak akan lagi menjadi pilihan bagi mereka,” kata Chuck Schumer, Pemimpin Demokrat di Senat AS, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (24/1).

Sementara itu, Trump dalam kicauannya di akun Twitter-nya justru kembali mengeluarkan ancaman kepada kubu Demokrat. Menurutnya, jika tidak ada dana untuk tembok perbatasan maka DACA juga tidak boleh ada lagi di AS.

Desakan Trump kepada legislatif AS untuk menyetujui pembangunan tembok perbatasan tersebut, terjadi setelah Meksiko menolak ikut membiayai program tersebut. Akibatnya, orang nomor satu di AS tersebut berbalik meminta dana kepada Pemerintah AS.

Padahal, apabila menilik janji kampanyenya pada 2016 lalu, Trump mengatakan bahwa dia akan memaksa Meksiko membayar sepenuhnya pembangunan tembok pemisah kedua negara.  Adapun, berdasarkan perhitungan Pemerintah AS, proyek ambisius tersebut akan menelan dana lebih dari US$21 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Gita Arwana Cakti
Terkini