Kebudayan Ditentukan oleh Pemilik Kapital Terbesar

Bisnis.com,24 Jan 2018, 21:05 WIB
Penulis: Ilman A. Sudarwan
Penari Baris Jangkang saat pembukaan Nusa Penida Festival 2016

Bisnis.com, JAKARTA - Kebudayaan saat ini sangat dipengaruhi oleh penguasa. Siapa yang memiliki kapital terbesar akan menguasai kemudi kebudayaan dunia. Indonesia dan kebudayaannya saat ini berada dalam pusaran kebudayaan barat.

Hal itu diungkapkan oieh sastrawan Radhar Panca Dahana dalam simposium "Pasca-Orientalisme dan Masalah Apropriasi Budaya", Rabu (24/1/2018) di Galeri Nasional Jakarta.

"Hanya 2%  penduduk dunia yang memiliki 90% kekayaan dunia. Siapa yang punya kapital akan melakuakan penetrasi kebudayaan. Mereka yang menentukan. Itulah kenapa dulu orang makan getuk, sekarang makan pizza.  Di pojokan kampung ada McD. Kebutuhan itu jadi ada," jelasnya.

Bangsa Indonesia sendiri saat ini disebutnya sebagai bangsa yang tengah mengalami skizofrenia. "Kita telah kehilangan kebudayaan asli dari pergaulan hegemonik saat bersinggungan dengan bangsa barat," katanya seraya menambahkan hal ini juga menurutnya termasuk ke dalam apropriasi kebudayaan yang merupakan bagian dari kolonialisasi.

Celakanya, kolonialisasi ini tidak hanya dilakukan oleh bangsa Belanda saja. Namun, juga oleh bangsa Indonesia itu sendiri, tepatnya sejak zaman kerajaan berjaya di bumi Nusantara.

"Kolonialisme itu pertama kali dimulai pada era kerajaan. Itu kolonialisme klasik, lalu kolonialisme baru atau imperialisasi oleh Belanda, Portugis dan lain sebagainya. Imperialisasi tidak hanya mengeruk sumber daya alam tapi juga sumber daya manusia, jadi sampai pikiran dan politik," katanya.

Proses imperialisme terhadap pikiran dan dunia politik di Indonesia ini menurutnya juga terjadi dalam dunia kesusastraan dan bahasa di Indonesia. Perumusan sastra dan bahasa Indonesia oleh H.B. Jassin menurutnya justru telah membunuh kesusastraan lokal di Indonesia.

Kondisi ini terus berlangsung sampai saat ini dan menyentuh isu-isu lain yang lebih strategis dan politis. Paling mutakhir, imperialisme saat ini adalah imperialisme agama.

"H.B. jasin membunuh sastra-sastra lokal, dibunuh oleh Melayu Hindie. Dan itu berlangsung sampai sekarang, itu yang saya sebut kolonialis kontinental, sehingga saat ini kita kehilangan batasan moral," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini