Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dinilai harus mengakhiri pelonggaran kuantitatifnya (Quantitative Easing/QE) sesegera mungkin. ECB dikatakan tidak memiliki alasan lagi untuk melanjutkan program ini.
“Program ini telah melakukan apa yang dapat diharapkan secara realistis,” ujar Klaas Knot, anggota ECB Governing Council yang juga bertindak sebagai pemimpin Dutch Central Bank, dalam sebuah wawancara di televisi Buitenhof pada hari Minggu, seperti dikutip Bloomberg (Senin, 29/1/2018).
ECB diketahui telah selangkah lebih dekat untuk mengurangi stimulus kebijakan moneternya. Pada pertemuan Desember, sejumlah pembuat kebijakan mengulurkan prospek perubahan bahasa kebijakan. Beberapa gubernur juga telah menyatakan keinginan mereka untuk melakukan langkah pertama pada Maret tahun ini.
Sementara itu, Gubernr ECB Mario Draghi pada hari Kamis (25/1) mengatakan bahwa kepercayaan terhadap kenaikan inflasi yang berkelanjutan telah meningkat. Meski demikian, diperlukan kesabaran dan ketekunan mengingat progres yang terlihat sejauh ini masih tetap lemah.
Menurut Draghi, tingkat stimulus yang cukup tetap diperlukan untuk tekanan harga mendasar agar sejalan dengan tujuan ECB. Dukungan moneter lanjutan mendapat dukungan pembelian aset bersih, reinvestasi, dan panduan mengenai suku bunga.
ECB sebelumnya telah memutuskan akan terus melakukan pembelian aset senilai 30 miliar euro per bulan sampai setidaknya akhir September tahun ini, sekaligus mempertahankan tingkat suku bunga.
“Program ini tetap berlaku sampai September. Kami belum perlu mengkomunikasikan bahwa program itu akan berakhir setelah September, tapi saya pikir itulah tujuan kami,” lanjut Knot.
Ditambahkan oleh Knot, kurangnya komitmen terhadap komunikasi oleh ECB mengenai apa yang mungkin terjadi pada program QE setelah September dapat berdampak memperkecil euro.
Lonjakan sebesar 6% pada euro sejak pertengahan Desember mengancam akan menjadi duri di sisi ekonomi jika membatasi ekspor dan menurunkan harga. Reli tersebut didorong oleh ucapan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, pekan lalu yang tampaknya menyambut pelemahan dolar.
Sementara itu, menurut sebuah survei terhadap ekonom menjelang rilis laporan pada Rabu, inflasi di wilayah euro kemungkinan melambat menjadi 1,3% pada Januari. Adapun pada Selasa, data ekonomi terbaru kemungkinan akan menunjukkan ekspansi kuartal ke-19 berturut-turut pada akhir 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel