Lombok Marathon Ricuh, Pariwisata NTB Tercoreng

Bisnis.com,29 Jan 2018, 15:05 WIB
Penulis: Newswire
Ribuan orang mengikuti Marathon/Bisnis.com

Kabar24.com, MATARAM - Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat menyebutkan kericuhan pada pelaksanaan Lombok Marathon 2017, Minggu (28/1/2018) mencoreng pariwisata di daerah tersebut. Lombok dan NTB secara umum telah ditetapkan menjadi satu dari 10 tujuan wisata andalan nasional.

Salah satu program wisata yang dijagokan di NTB itu adalah wisata olahraga, di antaranya Lombok Marathon ini. "Dari sisi pariwisata, dampak kericuhan Lombok Marathon 2017 akan sangat terasa," kata Kepala Dinas Pariwisata NTB, Lalu Moh Faozal di Mataram, Senin (29/1/2018).

Faozal mengatakan dengan kejadian itu paling tidak ada ada anggapan tertentu tentang kesiapan mereka menjadi tuan rumah gelaran turnamen sekaligus wisata olahraga atletik itu. Pemerintah Provinsi NTB mendapat pekerjaan tambahan, yaitu perlu berjuang keras lebih menyakinkan semua pihak.

"Tapi ya sudahlah, kesalahan sudah terjadi karenanya kita mohon maaf dan kesalahan ini juga segera kita jelaskan ke sekretaris daerah," katanya.

Menurutnya, kericuhan pada Lombok Marathon 2017, salah satunya dipicu keterlambatan medali dan baju kaos peserta tiba. Kedua kelengkapan lomba itu dibuat di Jakarta. "Ini juga kita mohon maaf semestinya tidak terjadi, karena agenda sudah sudah disiapkan sejak jauh-jauh hari dan itu juga ditunda," katanya.

KONI sebagai komite induk olahraga di Indonesia mendukung panitia pelaksana, dan mereka telah menyiapkan 2.000 mendali, karena sudah ada 1.324 pelari yang mendaftar secara dalam jaringan. Mereka ini juga membayar biaya pendaftaran.

Namun, medali yang ada di tangan panitia penyelenggara cuma 500 sehingga yang mendapat kalungan medali di tempat adalah 500 pelari pertama yang tiba di garis akhir. Lazimnya, semua peserta mendapat kalungan medali begitu kaki mereka menginjak garis akhir lomba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini