Ini Pro Kontra Kebijakan Universitas Asing Boleh Beroperasi di Indonesia

Bisnis.com,01 Feb 2018, 16:38 WIB
Penulis: Lingga Sukatma Wiangga/Martin Sihombing
Universitas Harvard/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk membuka perguruan tinggi asing beroperasi di Indonesia menimbulkan pro kontra.

Rektor Universitas Andalas, Tafdil Husni mengatakan dari sisi positif, akan membuat perguruan tinggi di Indonesia berlomba-lomba membenahi kualitas. “Bahkan berupaya semakin meningkatkan kualitas,” ujarnya usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Kamis (1/2/2018).

Namun, kata dia, ada sisi negatifnya. “Perguruan tinggi negeri, apalagi yang swasta, jika tidak prioritas akan ditinggalkan,” tuturnya.

Menurut dia, semua itu sudah disingggung dengan meteri terkait. Namun, dirinya tidak bisa menampik kalau rencana tersebut masih menimbulkan perbedaan pandangan di tataran kampus.

Sementara itu, Rektor Universitas Tarumanegara (Untar) Profesor Agustinus Purna Irawan, sebelumnya, mengatakan pengelola perguruan tinggi nasional tidak perlu khawatir dengan kemungkinan perguruan tinggi asing beroperasi di Indonesia.

"Mahasiswa kalau mau ke luar negeri karena memang ingin tinggal di sana sekalian menimba ilmu di sana. [Namun] tentu saja, akan beda Harvard yang di Amerika Serikat dengan yang di Cibinong, misalnya" ujar Purna dalam konferensi pers keberangkatan 20 mahasiswa Untar ke Universitas Kun San Taiwan.

Karena itu, menurut dia, beroperasinya kampus asing di Tanah Air, terdapat ancaman tetapi juga peluang. Ancamannya, perguruan tinggi asing akan membawa kualitas yang baik, kalau perguruan tinggi swasta (PTS) tidak siap maka akan menjadi ancaman.

"Sementara untuk peluang, kita jadi tahu seperti apa kualitas mereka. Selama ini, kalau mau studi banding harus jauh ke Eropa atau Amerika, nah dengan keberadaan di sini maka bisa saling berbagi informasi akan mudah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini