Trump "Pendiam" di Medsos Akhir-akhir Ini. Ada Apa?

Bisnis.com,01 Feb 2018, 08:01 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Presiden Amerika Serikat Donald Trump./Reuters

Kabar24.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kerap meramaikan jagad media sosial dengan celotehannya. Hampir semua orang sepertinya sudah hafal itu. Tapi beberapa hari terakhir ini Trump terkesan menjadi pendiam.

Tidak terlihat satupun 'umpatan' dari akun Twitternya selama tiga hari terakhir. Satu-satunya cuitan yang telah dikirimkan akunnya sejak 28 Januari adalah pesan ucapan selamat untuk Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS yang baru disetujui, Alex Azar.

Ada pula tautan ke video live menjelang penyampaian pidato kenegaraannya yang berlangsung pada Selasa (30/1) malam waktu setempat. Cuitan terakhir presiden sebelumnya yang ditujukan untuk memuji progres ekonomi oleh pemerintahannya, dikirimkan pada hari Minggu (28/1).

Menurut Twitter Counter, seperti dilansir Business Insider, hal ini tidak biasa. Trump rata-rata menulis empat cuitan per hari selama tiga bulan terakhir.

Periode jeda cuitannya kali ini juga dianggap aneh, karena jumlah perkembangan politik tingkat tinggi telah terjadi dalam beberapa hari terakhir seputar penyelidikan dugaaan keterkaitan Rusia, di antaranya pengunduran diri Wakil Direktur FBI Andrew McCabe.

Menilik situasi yang lebih kurang serupa di masa lalu, Trump dengan cepat akan menggunakan akun Twitter-nya untuk membanggakan kemenangan ataupun memojokkan lawan politiknya.

Di antara yang sempat meramaikan dunia permayaan adalah pertukaran retorikanya dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. Dalam lawatannya menghadiri KTT APEC di Vietnam, misalnya, Trump mencuit secara 'sarkastik' tentang diktator Korea Utara tersebut.

Ia menuliskan telah dihina 'tua' oleh Kim Jong Un. Meski demikian, Trump menyatakan tidak akan membalas dengan menyebutnya 'pendek dan gendut'.

“Mengapa Kim Jong-un menghina saya dengan menyebut saya 'tua', padahal saya TIDAK akan pernah menyebutnya 'pendek dan gendut',” cuit Trump.

Trump kemudian menambahkan sentuhan sarkasme terakhir dalam twitnya: "Baiklah, saya berusaha sekuat tenaga untuk menjadi temannya - dan mungkin suatu hari nanti itu akan terjadi."

Sejumlah pejabat Gedung Putih memang secara pribadi telah mengeluhkan popularitas Trump karena menggunakan Twitter untuk membahas kebijakan-kebijakan yang sensitif. Namun sejak saat itu, mereka telah mengembangkan strategi untuk menerimanya.

Menter Luar Negeri Rex Tillerson, sebagai contoh, meminta stafnya mambawa print out cuitan Trump dan menggunakannya untuk mencari tahu bagaimana merancang kebijakan yang sesuai dengan posisi Trump dalam online.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini