Rupiah Melemah Bersama Mayoritas Mata Uang di Asia

Bisnis.com,01 Feb 2018, 17:45 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (1/2/2018), bersama mayoritas mata uang lainnya di Asia.

Rupiah ditutup melemah 0,28% atau 38 poin di Rp13.424 per dolar AS. Pagi tadi, rupiah dibuka dengan depresiasi tipis 3 poin atau 0,02% di posisi 13.389, setelah pada perdagangan Rabu (31/1/2018) berakhir menguat 0,36% atau 48 poin di posisi 13.386. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.389 – Rp13.433 per dolar AS.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks konsumen mengalami inflasi sebesar 0,62% pada Januari 2018. Secara tahun kalender, inflasi awal tahun ini sebesar 0,62% dan inflasi tahun ke tahun (year-on-year/yoy) tercatat sebesar 3,25%.

Sementara itu, indeks Manufaktur Indonesia pada Januari 2018 relatif stabil atau belum menunjukkan tanda-tanda ekspansi dibandingkan dengan akhir tahun lalu.

Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis Nikkei berada di level 49,9 pada Januari 2018, naik tipis dibandingkan realisasi Desember 2017 yang sebesar 49,3. Indeks di atas 50 menunjukkan sektor manufaktur bergerak ekspansif, sedangkan angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang lainnya di Asia terpantau melemah, dipimpin peso Filipina sebesar 0,48%, ringgit Malaysia dengan 0,44%, dan yen Jepang yang melemah 0,42%. Di sisi lain, dolar Hong Kong terpantau terapresiasi tipis 0,02%.

Adapun indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau lanjut melemah 0,16% atau 0,147 poin ke level 88,986 pada pukul 17.05 WIB. Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,065 poin atau 0,07% di level 89,068, setelah pada perdagangan Rabu (31/1) berakhir turun tipis 0,03% di posisi 89,133.

Dilansir Reuters, mata uang AS tersebut telah berjuang tahun ini saat antisipasi langkah pengetatan moneter di wilayah lain di dunia, di samping pertumbuhan ekonomi global yang kuat, mendorong investor untuk menempatkan lebih banyak uang mereka ke tempat lain, dan terutama kembali ke zona Eropa.

The Fed memutuskan tidak mengubah suku bunga acuannya pada pertemuan kebijakan yang berakhir pada Rbu (31/1) waktu setempat. Namun, bank sentral AS tersebut memperkirakan peningkatan inflasi tahun ini.

Hal ini mendorong ekspektasi biaya pinjaman akan terus meningkat di bawah kepemimpinan Jerome Powell sebagai Gubernur The Fed menggantikan Janet Yellen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini