Stok Gula Global Menumpuk, Kontrak Siap Terpuruk

Bisnis.com,01 Feb 2018, 21:52 WIB
Penulis: Eva Rianti
Ilustrasi./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan gula mengalami koreksi seiring dengan proyeksi pasar global pada musim 2017/2018 yang akan mengalami surplus. Pasalnya, pertumbuhan produksi tidak dapat diimbangi dengan kenaikan permintaan global.

Kendati demikian, analis memperkirakan adanya kemungkinan ancaman suplai di samping pergerakan harga yang cenderung oversold, sehingga memicu rebound.

Sepanjang tahun berjalan, harga gula telah merosot 12,73%, posisi terendah di antara komoditas perkebunan lainnya. Pada bulan pertama tahun ini, harga sudah anjlok 13% karena adanya tanda–tanda persisten bahwa surplus global akan melebar.

Pada penutupan perdagangan Rabu (31/1), harga gula di bursa ICE New York kontrak teraktif Maret 2018 melemah 0,49 poin atau 3,57% menjadi US$13,23 sen per pon, penurunan terbesar untuk kontrak paling aktif sejak 16 Januari.

Analis Central Capital Futures Wahyu T. Laksono menyatakan sentimen terkuat dari pelemahan harga gula datang dari kondisi pasar yang mengalami surplus, terutama peningkatan produksi yang terjadi di produsen top dunia, Brasil.

Berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat, produksi gula global pada musim 2017/2018 diprediksi meningkat 13 juta ton menjadi 185 juta ton. Peningkatan produksi terjadi di Brasil sebagai negara produsen gula terbesar di dunia, disusul India dan Thailand.

Sebagai informasi, perhitungan musim komoditas perkebunan ini dimulai pada Oktober dan berakhir September pada tahun berikutnya. Artinya, awal musim berada di kuartal keempat di setiap tahunnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pamuji Tri Nastiti
Terkini