Gejolak Pasar Global Diprediksi Masih Berlanjut Sepanjang Pekan Ini

Bisnis.com,06 Feb 2018, 22:39 WIB
Penulis: Yustinus Andri DP

Kabar24.com, JAKARTA—Kekacauan pasar akibat rilis data ekonomi AS yang berpengaruh pada peralihan dana dari saham AS ke obligasi Paman Sam, masih berpotensi menekan pasar global dalam beberapa waktu ke depan.

Seperti diketahui,  bursa saham Asia kembali melanjutkan penurunannya dalam dua hari pada Selasa (6/2) dan indeks saham Amerika Serikat (AS) juga kembali loyo pada hari yang sama.

Hal itu terjadi karena para investor memilih untuk mengalihkan dananya ke aset safe-haven seperti yen serta obligasi AS.

Para analis pun memperkirakan kondisi pasar saham AS dan Asia masih akan melanjutkan penurunannya dalam beberapa hari ke depan.

“Seberapa jauh saham-saham ini akan terus turun? Saya pikir masih akan berlanjut hingga mereka menemukan batas tertentu untuk kembali berbalik naik,” kata Steven Wieting, Kepala Strategi Investasi Global Citigroup Inc, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (6/2).

Senada, Manajer Portofolio Aset kawasan AS di Tribeca Investment Partners Sean Fenton mengatakan bahwa dalam pekan ini aksi jual akan terus marak terjadi.

Di sisi lain pasar saham Asia dan AS juga diprediksi masih akan tenggelam dalam volatilitas yang tinggi.

Sementara itu, setelah menjadi satu-satunya bursa Asia yang menghijau pada Senin (5/2) lalu, Shanghai Composite Index pada akhirnya jatuh 2,2% pada Selasa (6/2).

Indeks Hang Seng China di Hong Kong juga anjlok 6,1%, dan bersiap untuk mencatatkan kerugian terbesar sejak 2011.

Situasi itu membuat China Securities Regulatory Commission mendesak para broker untuk meminta kepada investor menambah agunan mereka ketika harga saham turun di bawah level kritis.

Menurut sumber Bloomberg, regulator bursa Negeri Panda menilai langkah tersebut lebih efektif dibandingkan melakukan penutupan bursa sementara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Gita Arwana Cakti
Terkini