Tanpa Sektor Pendorong Jangan Harap Industri Baja Melesat

Bisnis.com,07 Feb 2018, 18:59 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini
Industri baja./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Pabrikan menilai permasalahan utama industri baja nasional adalah sektor pendorong yang belum ditemukan.

Purwono Widodo, Ketua Cluster Flat Product Asosiasi Besi dan Baja Indonesia (IISIA) mengatakan di wilayah Asia Tenggara, produksi baja nasional masih kalah dibandingkan Vietnam dan Thailand. Padahal, sebelum ada krisis moneter 1997/1998, Indonesia mempimpin pasar Asean.

"Industri baja Indonesia ada masalah konsumsi baja, masih berkembang tetapi tidak bisa tinggi karena hanya berbasis pada GDP growth. Tidak ada pendorong untuk melompat," ujarnya di Jakarta, Rabu (7/2/2018).

Purwono mencontohkan saat ini Vietnam bisa memproduksi baja sebesar 22 juta ton per tahun dengan sektor konstruksi sebagai penyerap utama. Adapun negara Asia lain, seperti Jepang dan Korea Selatan memiliki sektor pendorong dari otomotif dan galangan kapal.

"Kemarin otomotif ada potensi, tetapi domestik kemarin agak menurun. Galangan kapal juga belum bisa jadi pendorong karena sistemnya masih menunggu pesanan, bukan untuk ekspor," jelasnya.

Menurutnya, kunci sektor pendorong industri baja memerlukan permintaan yang berkelanjutan atau tidak berhenti setelah proyek rampung. Selama pemerintah dan pelaku industri belum bisa menentukan sektor yang akan menjadi penggerak, Purwono memperkirakan industri baja nasional akan berkembang, tetapi hanya di kisaran 5%.

Selain masalah tersebut, industri baja sebagai salah satu industri penyerap mineral juga mengalami masalah gempuran baja impor. Saat ini baja impor memakan pangsa pasar hampir 50%, padahal, lanjut Purwono, porsi impor yang normal adalah 10% dibandingkan dengan total konsumsi.

“Industri baja bukan alergi dengan impor karena keterbatasan kapasitas produksi, tetapi kami ingin pemerintah menghilangkan unfair trade, bukan hanya dari luar negeri tetapi juga dari dalam negeri,” katanya.

Terkait dengan harga gas, Purwono menyampaikan pelaku industri baja meminta supaya bisa mendapatkan gas dengan harga US$6 dolar per MMBTU sesuai dengan Perpres Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ratna Ariyanti
Terkini