Trump: Permukiman Yahudi Persulit Proses Perdamaian

Bisnis.com,12 Feb 2018, 13:36 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Protes warga Palestina di Tepi Barat./Reuters

Kabar24.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa permukiman Yahudi yang dibangun Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur akan mempersulit proses perdamaian negara itu dengan Palestina.

Terkait hal itu Trump mendesak Israel untuk bersikap 'hati-hati' soal pemukiman sebagaimana dikutip BBC.com, Senin (12/2/2018) .

Kepada surat kabar konservatif Israel, Yisrael Hayom, dia mengaku tidak yakin Palestina dan Israel siap memulai perdamaian.

Pernyataan Trump itu dimuat dalam Yisrael Hayom edisi Minggu (11/2/2018), setelah Desember lalu dia memicu kemarahan Palestina karena kebijakan AS menyebut Yerusalem Timur sebagai ibu kota Israel.

Presiden ke-45 AS itu mengancam membekukan bantuan kemanusiaan jika Palestina menolak perundingan damai dengan Israel.

Ketika Pemimpin Redaksi Yisrael Hayom, Boaz Bismouth, menanyakan rencana AS mengeluarkan skema perdamaian AS-Palestina, Trump mengatakan, "Kami terus memantau perkembangan yang terjadi. Saat ini masyarakat Palestina belum ingin berdamai, mereka belum menuju ke arah itu," ujarnya.

Ketika ditanya apakah AS menyertakan permukiman Israel dalam rencana perdamaian itu, Trump berkata, "Kami akan terus membicarakannya."

"Permukiman penduduk itu sangat dan akan terus memperkusut proses perdamaian. Jadi, saya menilai Israel harus sangat berhati-hati dengan program pemukiman," ujarnya.

Selama ini Presiden Trump justru dianggap mendukung program pemukiman Israel. Beberapa saat setelah terpilih dia mengecam pemerintah Obama yang bersikap abstain dalam resolusi PBB yang mengecam pembangunan permukiman Israel.

Lebih dari 600.000 orang tinggal di sekitar 140 permukiman yang dibangun sejak pendudukan Israel atas Tepi Barat dan Yerusalem Timur pada 1967.

Merujuk hukum internasional, program pembangunan desa dan rumah-rumah itu ilegal, walaupun Israel menyangkalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini