Properti Menengah Atas Cari Keseimbangan Baru

Bisnis.com,14 Feb 2018, 14:17 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Proyek rumah mewah./Ilustrasi-Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Penjualan properti yang belum memuaskan di segmen menengah dan atas selama 2 tahun belakangan diyakini bukan karena persoalan daya beli melainkan pasar yang tengah mencari keseimbangan baru dengan mengurangi risiko investasi di sektor ini.

Ishak Chandra, CEO Strategic Development & Services Sinar Mas Land mengatakan pergeseran pasar residensial dalam penjualan segmen kelas menengah dan bawah mendominasi sebesar 59,17% diikuti segmen menengah 34,66% serta segmen menengah atas yang hanya 6,17%. Dominasi penjualan di segmen menengah bawah, tekan dia bukan berarti  menandakan konsumen akhir yang  membeli proyek.

“Jadi sebetulnya, tetap saja mereka adalah investor tapi kemudian membeli di segmen menengah bawah,”katanya Selasa (13/2).

Menurutnya ada dua hal yang menjadi strategi Sinar Mas Land dalam menjual proyek di kalangan menengah atas yang dalam tahap mencari keseimbangan baru. Pertama memperkecil unit proyek sehingga lebih menarik dari sisi harga. Kedua tetap menjual dengan harga dan ukuran yang sesuai namun menawarkan kemudahan pembiayaan tidak hanya melalui diskon namun juga memperpanjang cicilan.

Direktur Marketing Trans Park, Ronald Cassidy mengatakan dalam proyek ekspansi tahun ini, pengembangan hunian skala besar di segmen premium akan tetap disasar. Perusahaan sebut dia telah membeli 20 ha lahan dari Sinar Mas Land di kawasan Bumi Serpong Damai.

“Proyek upcoming terbesar 20 hektare, apartemen hotel ruko, office dengan15 samoai 20 tower. Jadi after lebaran kita mulai memasarkan,” kata dia.

Ronald menyebut Trans Properti juga ingin masuk dan terlibat dalam pengembangan kawasan yang telah matang di BSD meskipun sudah banyak pengembang besar yang juga masuk. Kawasan BSD dengan segmen menengah atas tetap akan tinggi permintaannya.

Perusahaan juga cenderung tidak ingin terpengaruh dengan  berbagai isu seperti daya beli ataupun tahun politik yang akan mempengaruhi bisnis properti. Menurut Ronald, cara bisnis konvensional, tanpa perencanaan dan pengalokasian modal khusus  justru ampuh dalam penjualan  dan diterima pasar.

Dia mengatakan psikologi pasar properti saat ini adalah ketertarikan konsumen terhadap konsep hunian yang unik, berbeda, aman, nyaman, dengan harga yang masih rasional. Dia mengambil contoh, beberapa proyek properti misalnya Meikarta tetap bisa menjadi contoh tingginya permintaan terhadap properti karena konsep yang ditawarkan cukup bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Rochmad Purboyo
Terkini