Akhir Tahun, Utang Luar Negeri Tumbuh 10,1%

Bisnis.com,19 Feb 2018, 20:31 WIB
Penulis: Hadijah Alaydrus
Ilustrasi mata uang dolar AS/.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Perkembangan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV/2017 relatif terkendali. ULN Indonesia pada akhir triwulan IV/2017 tercatat US$352,2 miliar atau tumbuh 10,1% (yoy).

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman mengatakan perkembangan ULN ini terjadi baik di sektor publik maupun swasta, sejalan dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur dan kegiatan produktif lainnya.

"Berdasarkan jangka waktu, struktur ULN Indonesia pada akhir triwulan IV/2017 terbilang aman," kata Agusman dalam keterangan resmi pada Senin (19/2/2018).

ULN tetap didominasi jangka panjang yang memiliki pangsa 86,1% dari total ULN dan pada akhir triwulan IV/2017 tumbuh 8,5% (yoy). Sementara itu, ULN jangka pendek tumbuh 20,7% (yoy).

Menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada akhir triwulan IV/2017 didominasi oleh sektor keuangan, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih (LGA), serta pertambangan.

Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pangsa pada triwulan sebelumnya sebesar 77,0%.

Pertumbuhan ULN pada sektor keuangan, sektor industri pengolahan, dan sektor LGA meningkat dibandingkan dengan triwulan III/2017. Di sisi lain, ULN sektor pertambangan mengalami kontraksi pertumbuhan.

Agusman mengungkapan Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada triwulan IV/2017 masih terkendali.

Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan IV/2017 tercatat stabil di kisaran 34%. Selain itu, rasio utang jangka pendek terhadap total ULN juga relatif stabil di kisaran 13%.

"Kedua rasio ULN tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara peers."

Menurut Agusman, Bank Indonesia terus memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk meyakinkan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini