Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya risiko kredit perbankan membuat permintaan masih lesu. Padahal, suku bunga deposito dan kredit sudah turun cukup banyak.
Bank Indonesia mencatat selama periode Januari-Desember 2017, suku bunga deposito dan kredit turun masing-masing sebesar 65 bps dan 74 bps.
Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengatakan, transmisi moneter cenderung belum cukup optimal walaupun tetap berlanjut. Lambatnya proses penyesuaian suku bunga perbankan mengikuti suku bunga acuan dipengaruhi oleh risiko kredit yang relatif tinggi.
"Risiko kredit masih tinggi meskipun trennya sudah menurun. Cost of fund perbankan juga masih tinggi," ujarnya kepada Bisnis, Senin (19/2).
Josua mencatat, terhitung sejak Januari 2016 hingga Desember 2017 BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 200 bps. Namun, suku bunga deposito baru turun sekitar 187 bps sementara suku bunga kredit baru turun 153 bps.
Dia menilai, kebijakan moneter BI cenderung netral sehingga ruang penurunan suku bunga acuan juga semakin terbatas. Hal ini berimplikasi pada makin terbatasnya penurunan suku bunga perbankan. Meskipun demikian, proses transmisi kebijakan moneter yang dilakukan BI dalam periode 2016-2017 belum optimal.
"Hal itu berarti ada potensi dari berlanjutnya proses transmisi moneter yang akan direspon perbankan dgn menurunkan suku bunga kredit meskipun terbatas," imbuhnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial melalui jalur suku bunga terus berlangsung.
Namun, transmisi melalui jalur kredit masih belum optimal sejalan dengan permintaan kredit yang belum tinggi.
"Bank juga masih selektif dalam memberikan kredit baru," katanya di Jakarta akhir pekan lalu.
Pertumbuhan kredit 2017 tercatat hanya tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Meskipun demikian, angka tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 7,9% (yoy).
Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bank juga membaik. Pada akhir tahun lalu NPL bank turun menjadi 2,6% (gross) atau 1,2% (net).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel