Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa bank papan atas mulai menurunkan dana-dana mahal sebagai strategi untuk menekan kenaikan biaya dana dan mengoptimalkan margin.
Bank yang melaporkan penurunan dana deposito sepanjang 2017 lalu antara lain PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
Total dana pihak ketiga yang dihimpun Bank Mandiri memang mengalami peningkatan menjadi Rp815,8 triliun atau tumbuh 7% secara year on year.
Akan tetapi bila dilihat lebih rinci, pertumbuhan tersebut hanya dialami komponen giro dan tabungan, yang masing-masing naik 8,1% dan 10,9%.
Sementara itu, untuk dana deposito justru mengalami koreksi 1,2% secara tahunan, atau turun Rp3 triliun dari Rp233,62 triliun pada akhir 2016 menjadi Rp230,86 triliun.
Hery Gunardi, Direktur Bank Mandiri, mengatakan penurunan tersebut lantaran adanya pengurangan di sisi deposito valuta asing. “Secara konsolidasi, deposito rupiah naik 3,4% sedangkan deposito valas turun 18,9% sehingga total deposito Rp275,5 triliun,” katanya, beberapa waktu lalu.
Dalam data konsolidasi perseroan, tercatat jumlah deposito rupiah yang dibukukan mencapai Rp250,3 triliun. Adapun, deposito dalam denominasi valas mencapai Rp25,19 triliun, turun hampir Rp6 triliun dari posisi tahun 2016 sebesar Rp31,07 triliun.
Direktur Treasury Bank Mandiri Darmawan Junaidi menambahkan, penurunan deposito itu merupakan bagian dari strategi perseroan untuk menjaga margin bunga bersih serta memangkas biaya dana.
Darmawan mengungkapkan, pada tahun lalu pertumbuhan di sisi aset valas, terutama untuk penyaluran kredit dalam valuta asing, memang tidak terlalu signifikan seperti halnya rupiah.
Oleh karena itu, BMRI mengerem pertumbuhan dana valas dengan cara menurunkan tingkat suku bunga. Penurunan DPK valas terjadi tidak hanya pada komponen dana mahal deposito, tetapi juga pada dana murah seperti tabungan dan giro valas yang masing turun 8,6% dan 1,2%.
“Kami memang sengaja mengurangi DPK valas pada tahun lalu karena kami tidak ingin memiliki interest expend di sisi DPK valas sedangkan ekspansi di sisi aset dolar tidak seagresif yang rupiah. Jadi ini lebih kepada optimalisasi dari aset dan liabilitas perbaikan di sisi profil cost of fund karena marginnya perlu kami jaga,” ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.
Dia menyebutkan pada tahun 2018, dana pihak ketiga Bank Mandiri diperkirakan akan kembali tumbuh pada semua komponen. Hal ini sejalan dengan target penyaluran kredit yang diharapkan ada di level low double digit, yakni 10%-11%.
Khusus untuk deposito valas, diharapkan akan kembali meningkat pada tahun ini. Untuk itu, Bank Mandiri akan kembali meningkatkan suku bunga untuk produk DPK valas.
“Ke depan kami akan segera perbaiki fitur DPK valas karena bagaimanapun kami ingin memiliki jumlah DPK valas yang meningkat pada 2018. Kami akan kembalikan lagi paling tidak ke posisi pada 2016, jadi kami akan lakukan mix dari tier tertentu sehingga secara total effort atau insiatif untuk penurunan biaya dana tetap terjaga,” ungkapnya.
Pada perkembangan lain, PT Bank Danamon Indonesia Tbk. juga mencatatkan penurunan dana mahal sebagai upaya untuk menurunkan biaya dana.
Secara konsolidasi, total jumlah dana murah (current account saving account/CASA) Bank Danamon mencapai Rp50,5 triliun, tumbuh 4% secara year on year. Adapun, rasio CASA tumbuh dari 46% menjadi 48,3%.
“Deposito ada penurunan sebesar 5% menjadi Rp54,1 triliun melalui pelepasan dana mahal,” kata Satinder Pal Singh Ahluwalia, Chief Financial Officer Bank Danamon.
Bank Danamon mengalami perbaikan di sisi biaya kredit (cost of credit) yang turun 21% menjadi Rp3,5 triliun pada akhir 2017. Biaya dana Bank Danamon turun menjadi 2,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel