Bisnis.com, JAKARTA-Langkah pengetatan moneter yang dilakukan oleh bank sentral di Amerika Serikat dan Eropa berimplikasi pada suku bunga kredit Indonesia.
Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengatakan, sikap kebijakan moneter Bank Indonesia diperkirakan akan cenderung netral di tengah pengetatan kebijakan moneter bank sentral negara maju seperti AS, Jepang dan Eropa.
"Terkait dengan suku bunga perbankan, mengingat stance kebijakan moneter cenderung netral maka ruang penurunan suku bunga acuan semakin terbatas sehingga berimplikasi pada makin terbatasnya penurunan suku bunga perbankan," katanya kepada Bisnis, Rabu (28/2/2018).
Meskipun demikian, lanjutnya, proses transmisi kebijakan moneter yang dilakukan BI dalam periode 2016-2017 belum optimal dimana dalam periode Januari 2016 - sampai Desember 2017 BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 200 basis poin (bps), tetapi suku bunga deposito baru turun sekitar 187 bps dan suku bunga kredit baru turun 153 bps.
Josua memprediksi, kalaupun bank merespons dengan menurunkan suku bunga kreditnya, ruang penurunan hanya di kisaran 5 bps sampai 10 bps.
Di sisi lain, kebijakan makroprudensial BI cenderung longga dengan keputusan mempertahankan kebijakan counter cyclical buffer di level 0%.
Selain itu, pada RDG bulan lalu BI juga sudah mengumumkan akan menerapkan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sehingga dapat memperkuat fungsi intermediasi perbankan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel