EDUKASI DUIT: Mengapa Masih Ragu Kredit ke Bank?

Bisnis.com,01 Mar 2018, 14:12 WIB
Penulis: News Writer
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Persepsi lama mengatakan bahwa kredit adalah utang, lawannya ya tabungan. Dengan demikian, setiap kredit kepada bank dianggap sebagai utang.

Itu konsep kuno, karena sejak 1970 kredit bank tidak lagi diikat dengan tabungan nasabah. Kredit komersial bank dianggap sebagai menambah jumlah suplai uang, disebut uang giral.

Dengan kata lain, bila tidak ada kredit bank maka ekonomi menyusut, atau kontraksi. Apalagi saat ini jumlah kredit komersial bank atau uang giral jumlahnya 97% dari total uang beredar di Amerika.

Asumsi jumlah uang beredar total M2 adalah Rp5.400 triliun maka apa jadinya bila kita menghindari kredit bank M2 alhasil jumlah uang tunai hanya sekitar Rp1.400 triliun saja. 

Dengan demikian konsep baru menjadikan kredit bank sebagai new money. Uang giral.  Mengapa ini berbeda dengan konsep zaman old,  kredit sebagai utang?

Kredit bank zaman old dianggap utang yang harus dilunasi. Zaman now bilamana kredit bank dilunasi maka eksistensi uang giral akibat kredit tadi dihapus. 

Oleh karena itu asumsi kredit bank zaman now tidak dimaksud untuk dilunasi. Kredit bank diteruskan menjadi arus, banyak kredit bank ditanda-tangani oleh tiga generasi hingga anak cucu dewasa. 

Kredit bank zaman old dianggap wilayah negara,  tidak lagi.  Bank sentral seluruh dunia membentuk ikatan peg terhadap US dolar dikelola oleh World Bank.  Dengan demikian World Bank mengatur ekspansi kredit bank setiap negara sehingga diantara anggota G20 tidak akan terjadi devaluasi atau krismon. 

Asumsi dulu kredit bank berisiko kepada fluktuasi tingkat bunga bank,  sekarang tidak lagi.  Bank sentral sedunia mengatur keran kredit bank di setiap negara.  Tingkat bunga kredit bank semakin menurun. 

Banjir mega kredit raksasa membuat tingkat bunga menurun drastis.  Saat ini bila kredit bank Anda tidak diperbaharui maka bunga nya tetap di atas 12%-14% Padahal sekarang tingkat bunga kredit corporate bank sebesar 7%.

Zaman old mengatakan risiko terbesar dalam bisnis adalah fluktuasi bunga bank karena faktor politik.  Tidak lagi

Bank sentral di seluruh dunia dipisah dari kekuasaan politik.  Yang mengatur jumlah suplai uang adalah Bank sentral bukan presiden. 

Di Indonesia Gubernur Bank Indonesia tidak ditunjuk oleh Presiden namun diangkat bersama dengan DPR.  Gubernur Bank Indonesia tidak bisa diganti oleh presiden.

Bank Indonesia menjadi satu-satunya lembaga yang tidak tunduk kepada eksekutif,  legislatif maupun yudikatif.  Gubernur BI berkolaborasi dengan World Bank. 

Penulis

Ir Goenardjoadi Goenawan, MM

Motivator Uang.

Penulis buku seri "Money Intelligent" dan buku “New Money”

Untuk pertanyaan bisa diajukan lewat: goenardjoadigoenawan@gmail.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Stefanus Arief Setiaji
Terkini