Atasi Sampah Plastik, Indonesia Bisa Belajar Dari Taiwan dan Bangladesh

Bisnis.com,06 Mar 2018, 20:58 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini
Limbah plastik./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia dapat belajar dari Taiwan dan Bangladesh untuk mengatasi masalah sampah plastik.

Fajar Budiyono, Sekjen Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik Indonesia (Inaplas), menilai permasalahan sampah plastik di Indonesia disebabkan oleh manajemen sampah yang salah. Dia mencontohkan pada 1980-an, Taiwan merupakan negara yang disebut pulau sampah.

Namun, setelah memperbaiki manajemen sampah dan mengembangkan industri pengolah sampah, saat ini Taiwan bisa sejajar dengan Jepang dalam masalah kebersihan.

"Sementara itu, di Bangladesh walaupun diterapkan cukai dan pajak sejak lama, masalah sampah plastik belum terselesaikan karena manajemen sampahnya tidak dibenahi," katanya kepada Bisnis.com, belum lama ini.

Fajar berpendapat pengenaan cukai terhadap produk plastik tidak efektif untuk mengatasi masalah sampah dan justru mengancam industri dan pendapatan pemerintah. Asosiasi pun mengusulkan program manajemen sampah zero (masaro) 

Saat ini Inaplas tengah menggencarkan program Masaro untuk mengatasi masalah sampah plastik. Zainal Abidin, Kepala Bidang R&D Inaplas, menyebutkan dalam program Masaro, Inaplas menciptakan industri pengolah sampah. 

Melalui industri ini, asosiasi berharap ke depan nanti tempat pembuangan sampah akhir tidak diperlukan lagi karena sampah sudah diolah di tingkat kelurahan dan kecamatan.

“Dalam Masaro, kami perkenalkan tiga teknologi, yaitu mengubah sampah plastik jadi bahan bakar minyak dan penguat aspal jalan raya,” katanya.

Dia menuturkan saat ini sampah plastik lebih banyak diolah menjadi biji plastik. Menurutnya, proses pengolahan sampah plastik menjadi BBM dan bahan penguat aspal jalan raya lebih sederhana dibandingkan dengan menjadi bijih plastik.

Saat ini, industri pengolah sampah baru ada di Indramayu dan akan diperluas ke kota lain, seperti Solo, Cirebon, Pekanbaru, Surabaya, Karawang, Purwakarta, dan lainnya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ratna Ariyanti
Terkini