Distribusi Digital Belum Siap, Agen dan Bancasurrance Masih Jadi Andalan

Bisnis.com,07 Mar 2018, 07:08 WIB
Penulis: Reni Lestari
Karyawati melintas di depan logo perusahaan asuransi jiwa di Jakarta, Rabu (8/3)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA -- Industri asuransi jiwa tahun ini menargetkan pertumbuhan 15,57% dari proyeksi realisasi 2017 yang sebesar Rp193,19 triliun, menjadi Rp223,27 triliun.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu mengatakan untuk mencapai target tersebut, industri akan menggenjot seluruh jalur distribusi. Namun, jalur distribusi digital diprediksi belum bisa berkontribusi signifikan karena masih banyak perusahaan yang belum menjalankannya.

"[Jalur distribusi] Digital belum bisa dominan. Memang sudah ada yang mulai tapi ada yang belum, artinya belum merata," tuturnya kepada Bisnis, Selasa (6/3/2018).

Dua jalur distribusi yang masih menjadi tumpuan adalah melalui agen dan bancasurrance. Saat ini, sebut Togar, di Indonesia baru ada 580.000 agen yang memasarkan produk asuransi jiwa.

Padahal, dengan jumlah penduduk sekira 250 juta, Indonesia idealnya memiliki minimal 1 juta agen asuransi jiwa, sehingga satu agen dapat melayani 250 orang dalam 1 tahun.

"Satu orang melayani 250 orang selama 1 tahun mestinya bisa," imbuhnya.

Sementara itu, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang statistik asuransi per Januari 2018 menunjukkan pendapatan premi industri asuransi jiwa tumbuh 44,78%. Total pendapatan premi Januari 2018 tercatat Rp17,64 triliun, atau meningkat 44,78% year-on-year (yoy) dibandingan dengan Januari 2017 sebesar Rp12,18 triliun.

Selain pendapatan premi yang naik, pada bulan pertama tahun ini aset industri asuransi jiwa bertumbuh juga 30,57% secara yoy menjadi Rp523,01 triliun. Pada periode yang sama, total investasi industri mencapai Rp466,06 triliun atau meningkat 34,27% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini