Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 13,1% secara year on year menjadi Rp23,3 triliun sampai dengan pengujung tahun lalu.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengklaim bahwa pihaknya berhasil memanfaatkan berbagai peluang bisnis di tengah proses pemulihan ekonomi Indonesia. Profitabilitas perseroan didukung oleh berbagai program efisiensi serta pembentukan cadangan kredit bermasalah yang lebih rendah.
“Kami membukukan kinerja yang baik dengan memanfaatkan berbagai peluang bisnis di tengah proses pemulihan ekonomi Indonesia. Cadangan kredit bermasalah jadi lebih rendah sejalan dengan kualitas kredit yang terjaga,” ucapnya, di Jakarta, Kamis (8/3/2018).
Sepanjang tahun lalu pendapatan operasional BCA, yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lain, tumbuh sekitar 6% (yoy) menjadi Rp57 triliun. Pendapatan bunga bersih naik 4,1% ke level Rp41,8 triliun sedangkan pendapatan operasional lain meningkatn 11,5% menjadi Rp15,1 triliun.
Sementara itu, ditanya soal target perolehan laba tahun ini, Jahja enggan menjawab secara detil. “Etik sebagai perusahaan publik itu tidak boleh terlalu terbuka soal target dan pencapaian, silahkan analis lihat dan simpulkan sendiri,” katanya.
Dia hanya mengutarakan bahwa pada 2018 ini perseroan masih membidik target kinerja secara konservatif, semisal kredit dibidik tumbuh satu digit kendatipun realisasi per akhir tahun lalu mencapai 12,4% (yoy) atau di atas pencapaian industri perbankan.
Yang pasti, imbuh Jahja, secara likuiditas BCA tidak ada masalah. Dengan rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) sebesar 78,2% dan rasio kecukupan modal (CAR) 23% artinya perseroan memiliki ruang pendanaan yang terbilang memadai.
“Kalau bisa ya kami akan tingkatkan terus penyaluran pinjaman sejalan dengan apabila ekonomi kondusif serta NPL terkendali. NPL bagaimanapun tidak bisa dinolkan tetapi bisa dikendalikan secara wajar,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel