Ini Biang Kerok Pelemahan Rupiah Versi Faisal Basri

Bisnis.com,08 Mar 2018, 15:13 WIB
Penulis: Edi Suwiknyo
Dokumentasi calon Gubernur DKI Jakarta dari jalur independen, Faisal Basri, saat berpose seusai menjadi pembicara pada Dialog Kenegaraan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Current account atau selisih dari nilai setiap ekspor dan impor, termasuk barang dan jasa menjadi salah satu pemicu pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Ekonom Faisal Basri mengatakan, tren defisit neraca perdagangan yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan ini dipandang lebih logis untuk menjelaskan pelemahan rupiah. Apalagi dengan terjadinya defisit perdagangan ini kebutuhan pembelian terhadap mata uang dolar AS lebih tinggi, dibandingkan dengan rupiah.

"Dua bulan terakhir neraca perdagangan ini sudah defisit, sehingga rupiah terdorong mencapai titik terburuk," kata Faisal dalam diskusi Forum Kebangsaan Universitas Indonesia dengan tema Kedaulatan Bangsa, Kamis (8/3/2018).

Berdasarkan data BPS, nilai impor pada Januari 2018 misalnya nilai defisit perdagangan mencapai US$670 juta. Defisit itu terjadi lantaran nilai impor yang mencapai US$15,3 miliar, sedangkan kinerja ekspor hanya US$14,46 miliar.

"Jadi ini jangan selalu menyalahkan asing, karena pengaruh kebijakan moneter Amerika Serikat, kuncinya di current account," jelasnya.

Melalui keterangan resmi beberapa waktu lalu, Bank Indonesia menyatakan defisit perdagangan, khususnya impor nonmigas mempengaruhi current account deficit (CAD).

Adapun pada pukul 13.48 WIB, nilai tukar rupiah melemau 15 poin atau 0,11% le level Rp13.775 per dolar AS. Baik Bank Indonesia maupun pemerintah selalu menyebut tren pelemahan rupiah itu karena pengaruh kebijakan AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini