PBB Sebut Myanmar Terapkan Kelaparan Paksa Kepada Rohingya

Bisnis.com,12 Mar 2018, 20:39 WIB
Penulis: Annisa Margrit
Perempuan pengungsi Rohingya bersama cucunya, saat menunggu bantuan, di Bangladesh, Selasa (19/9)./Reuters-Danish Siddiqui

Bisnis.com, JAKARTA -- PBB menyatakan Myanmar telah meluncurkan sejumlah serangan militer baru terhadap etnis muslim Rohingya.

Pelapor Khusus PBB Yanghee Lee mengungkapkan serangan tersebut dilakukan di negara bagian Kachin dan Kayin. Militer negara Asia Tenggara itu disebut menggunakan strategi khusus, yakni dengan sengaja membuat para penduduk Rohingya kelaparan sehingga mereka keluar dari Myanmar.

"Ketika saya menyiapkan pernyataan resmi ini, saya mendapat informasi bahwa militer melaksanakan serangan baru pada akhir pekan lalu. Mereka menggunakan persenjataan berat di area pertambangan emas dan amber di Tanai, negara bagian Kachin," ungkapnya kepada Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss, seperti dilansir dari Reuters, Senin (12/3/2018).

Lee menambahkan tampaknya ada kebijakan untuk menerapkan kelaparan paksa kepada penduduk Rohingya di wilayah tersebut. Dengan demikian, penduduk yang masih bertahan di daerah itu akan makin merasa tidak aman untuk tinggal.

Pekan lalu, Asisten Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB untuk HAM Andrew Gilmour juga menyatakan pembersihan etnis atas Muslim Rohingya yang dlilakukan Myanmar masih berlanjut. Menurutnya, aksi kekerasan yang sistematis dan luas cakupannya terhadap Rohingya masih terus terjadi tapi polanya mengalami perubahan.

"Pola kekerasan berubah dari aksi berdarah-darah dan pemerkosaan massal yang terjadi pada tahun lalu, menjadi kampanye teror dan kelaparan paksa yang sepertinya didesain untuk mengusir masyarakat Rohingya yang masih tersisa di Myanmar ke Bangladesh," papar Gilmour.

Seperti diketahui, kekerasan terhadap etnis Rohingya meningkat intensitasnya pada 2017 dan telah menimbulkan gelombang pengungsi dari Myanmar. Setidaknya 700.000 orang telah melarikan diri ke Bangladesh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini