Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan perbankan asal Jepang menunjukkan ketertarikan terhadap proyek infrastruktur yang tengah dipacu pemerintah terutama terkait konektivitas, seperti transportasi.
Baru-baru ini, Japan Bank for International Corporation (JBIC) membenarkan hal tersebut. Managing Director JBIC Tamadashi Maeda mengutarakan bahwa pihaknya memang tertarik untuk lebih banyak berkiprah di dalam proyek transportasi.
Pada sisi lain, Pancaran Affendi selaku Deputy General Manager & Executive VP The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ berpendapat, prospek sektor transportasi sebetulnya sangat baik. Tapi bank perlu juga mempertimbangkan risiko bisnis dan kredit untuk lapangan usaha ini.
“Terutama adalah risiko dari pembebasan lahan, cost overrun, serta risiko dari segi traffic-nya. Sehingga tidak semua proyek transportasi akan mudah mendapatkan akses pendanaan dari perbankan,” kata dia kepada Bisnis, Rabu (14/3/2018).
Sejauh ini BTMU bersama induk usahanya MUFG terbilang cukup agresif memberikan sindikasi pembiayaan. Berdasarkan kepada data Bloomberg, total sindikasi kredit dari MUFG sebesar US2,52 miliar. Adapun, permintaan kredit selama dua bulan pertama 2018 ini dinilai lebih baik.
Pancaran mengutarakan pula bahwa pihaknya akan terus berusaha turut berkontribusi di dalam pengembangan infrastruktur. Hal ini sejalan dengan arahan pemerintah RI berserta regulator. Kendati demikian, MUFG memastikan pihaknya tetap mengutamakan prudential banking.
“Kami akan selektif untuk mendukung proyek infrastruktur dari para sponsor yang berkomitmen tinggi dan kredibel. Serta, mereka yang juga siap memperkuat dari sisi structuring facility-nya guna memitigasi risiko-risiko bisnis dan kredit,” kata Pancaran.
Yang pasti, sepanjang assessment MUFG atas suatu proyek masih termasuk ke dalam kategori prudent maka perseroan siap mendukung. Apalagi kalau yang digarap adalah infrastruktur yang terkait dengan konektivitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel