Bisnis.com, JAKARTA - Industri asuransi umum perlu memiliki peta mikrozonasi di wilayah sekitar Jakarta untuk menghitung tingkat risiko di wilayah tersebut seiring dengan aktivitas gempa bumi yang terjadi di wilayah selatan Pulau Jawa beberapa waktu lalu.
Direktur Teknik PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) Kocu A Hutagalung menilai selama ini industri asuransi umum masih terfokus pada gempa di Kepulauan Mentawai, Selat Sunda, dan lain-lain. Padahal, terdapat potensi gempa di selatan Pulau Jawa yang dirasakan hingga Jakarta.
Oleh karena itu, menurutnya, industri asuransi umum perlu memiliki peta mikrozonasi di wilayah Jabodetabek. Guna mengatasi kebutuhan dana yang besar, dia mengusulkan agar pelaku industri dapat bersama-sama memperkuat penelitian terkait gempa besar di selatan Jawa dan dampaknya bagi Jakarta.
Menurutnya, peta mikrozonasi dinilai perlu sebelum industri mengusulkan penyesuaian tarif premi. Jika hasil penelitian menemukan tingkat risiko yang berbeda, maka perlu adanya penyesuaian tarif premi.
"Kami ingin industri siap menghadapi tantangan yang dibawa oleh gempa selatan Jawa. Satu-satunya cara untuk mempersiapkan diri yakni dengan mengetahui persis risikonya. Dan untuk mengetahui risiko itu perlu dibuat mikrozonasi. Dan itu mahal karena harus membuat bor dalam jarak titik yang cukup dekat," imbuhnya kepada Bisnis, sebagaimana dikutip Bisnis.com, Minggu (18/32018).
Sebelumnya, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia sedang mengkaji perlu tidaknya melakukan penyesuaian tarif premi asuransi gempa. Kajian terkait penyesuaian tarif premi dilakukan untuk menindaklanjuti hasil penelitian yang dirilis Pusat Studi Gempa Nasional. PuSGen meluncurkan peta sumber bahaya gempa Indonesia 2017, yang merupakan pemutakhiran dari peta gempa 2010.
Dalam kurun 7 tahun, jumlah jalur sesar aktif yang berhasil dipetakan dan teridentifikasi mencapai 295 sumber gempa, terdiri dari 242 sumber gempa yang berhasil diketahui hingga 2017 dan 53 sumber gempa berdasarkan peta gempa nasional 2010.
Kepala Divisi Portofolio & Klaim Reasuransi Umum Indonesia Re Amir Muda Lumbantobing menyampaikan, tahun ini perseroan tidak mendapati klaim gempa sepanjang tahun lalu. Klaim industri asuransi yang ditangani Indonesia Re banyak dikontribusikan dari kebakaran sebesar Rp2,4 triliun dan sebesar Rp700 miliar klaim marine hull.
“Kami beruntung tidak mengalami klaim gempa tahun ini,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel