Minat Dana Pensiun dan Asuransi Terhadap Obligasi Korporasi Masih Tinggi

Bisnis.com,19 Mar 2018, 07:02 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana
Ilustrasi/www.hennionandwalsh.com

Bisnis.com, JAKARTA – Minat dana pensiun dan asuransi terhadap instrumen surat utang korporasi atau obligasi diyakini tidak bakal banyak terpengaruh dengan adanya potensi peningkatan suku bunga perbankan.

Salyadi Saputra, President Director PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), menyatakan sejauh ini masih akan banyak perusahaan pelat merah yang akan mencari pendanaan melalui emisi obligasi untuk menopang ekspansi, termasuk untuk pembangunan infrastruktur. Hal itu, jelasnya, akan menarik minat asuransi dan dana pensiun yang diwajibkan untuk memiliki Surat Berharga Negara (SBN) dan obligasi BUMN terkait infrasktruktur dalam porsi tertentu.

Pada 2017, lanjut Salyadi, asuransi dan dana pensiun masih menjadi investor yang cukup signifikan di pasar obligasi. Dari total emisi senilai Rp155 triliun pada tahun lalu, sekitar 29% diserap manajer investasi, 18% oleh perbankan, 15% dana pensiun, dan selebihnya oleh lembaga lainnya termasuk asuransi.

“Kalau memang belum mencapai [kewajiban minimum untuk pemilikan SBN], itu potensi untuk obligasi BUMN terkait infrastruktur,” ungkapnya saat ditemui Bisnis, belum lama ini.

Kendati begitu, Salyadi mengakui ada tantangan terkait penyerapan instumen obligasi secara umum, yakni adanya potensi penaikan suku bunga perbankan pada tahun ini. Tingkat suku bunga dinilai menjadi faktor utama bagi penerbitan dan penyerapan instrumen investasi ini.

Bila tingkat suku bunga rendah, terangnya, perusahaan akan melihat biaya yang rendah dalam emisi obligasi sedangkan investor melihat potensi kupon atau yield yang lebih tinggi ketimbang deposito.

“Jadi, pertanyaannya, apakah obligasi lebih menarik dari instrumen lain?” kata Salyadi.

Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi juga mengakui hal itu tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap minat dan tata kelola portofolio investasi dana pensiun.

Pelaku pasar, dinilai sudah mengantisipasi sejak jauh-jauh hari adanya potensi penaikan suku bunga.

“Memang saham menjadi prioritas, tapi obligasi dan SBN masih tetap diminati,” ungkapnya.

Bambang mengungkapkan penaikan suku bunga perbankan sebenarnya tidak menjadi satu-satunya opsi bagi regulator untuk menanggapi kenaikan suku bunga bank sentral AS. Dia meyakini pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sudah menyiapkan langkah antisipasi, misalnya dengan upaya menjaga tingkat inflasi yang tetap rendah.

Dengan demikian, pelaku pasar tetap bisa menjaga komposisi portofolio investasinya hingga akhir tahun.

“Dana pensiun tidak akan terlalu cepat mengubah portofolionya,” tutur Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini