Akademisi Di Balik Pelanggaran Facebook Mengaku Dijadikan Kambing Hitam

Bisnis.com,21 Mar 2018, 15:10 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Ilustrasi Facebook./Bloomberg-Chris Ratcliffe

Bisnis.com, JAKARTA – Seorang akademisi Universitas Cambridge yang mengumpulkan data jutaan pengguna Facebook menyebutkan dirinya telah dijadikan 'kambing hitam' oleh jejaring sosial tersebut serta konsultan politik Inggris yang dituduh mencoba mempengaruhi opini publik Donald Trump.

Facebook telah diguncang oleh seorang pengungkap fakta yang mengatakan bahwa Cambridge Analytica, sebuah firma politik yang berbasis di Inggris yang disewa oleh Trump untuk kampanye 2016, telah mengakses informasi yang melanggar ketentuan milik 50 juta pengguna Facebook.

Facebook telah kehilangan US$60 miliar dari valuasi sahamnya selama dua hari terakhir karena kekhawatiran transaksi dengan Cambridge Analytica dapat merusak reputasinya, sehingga mengurangi pengiklan dan memicu peraturan yang lebih ketat.

Medsos yang dikembangkan mark zuckerberg mengatakan data tersebut diambil oleh Aleksandr Kogan, seorang akademisi psikologi, yang menciptakan sebuah aplikasi pada platform yang diunduh oleh 270.000 orang. Dia mengatakan Kogan kemudian melanggar kebijakannya dengan mengirimkan data ke Cambridge Analytica.

"Peristiwa-peristiwa yang terjadi minggu lalu adalah guncangan total," kata Kogan kepada BBC, seperti dikutip Reuters. "Saya digunakan sebagai kambing hitam oleh Facebook dan Cambridge Analytica ketika kami pikir kami melakukan sesuatu yang benar-benar normal.” "Kami diyakinkan oleh Cambridge Analytica bahwa semuanya legal dan sesuai dengan persyaratan," tegasnya

Alexander Nix, Kepala Cambridge Analytica yang diskors pada hari Selasa, mengatakan dalam sebuah rekaman video yang direkam diam-diam, perusahaannya telah memainkan peran penting dalam kemenangan pemilihan Trump.

Namun, Kogan mengatakan akurasi dari data tersebut telah "dibesar-besarkan" oleh Cambridge Analytica, dan informasi tersebut lebih mungkin bertujuan untuk merugikan kampanye Trump.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini