Indonesia Agresif Dekati Afrika

Bisnis.com,04 Apr 2018, 17:41 WIB
Penulis: Amanda Kusumawardhani
Menteri Luar Negeri Retno Lestari Marsudi (tengah) didampingi Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Desra Percaya (kiri) beramah tamah dengan Menlu dan Perdagangan Australia Julie Bishop dalam pertemuan di Commonwealth Parliamentary Offices, 1 Bligh Street, Sydney, Australia, Jumat (16/3/2018)./Istimewa

Kabar24.com, JAKARTA - Indonesia terus melakukan pendekatan dengan sejumlah negara di Benua Afrika, terutama mendekati pelaksanaan Indonesia-Africa Forum (IAF) 2018.

IAF 2018 sendiri sedianya akan diselenggarakan pada 10-11 April 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali.

"Afrika sebagai kawasan baru bagi pasar Indonesia. Hubungan kita sangat kuat, hubungan politik kita sangat kuat dan menjadi komitmen Indonesia untuk meng-convert hubungan politik yang sangat dekat ini," kata Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi di Istana Negara, Rabu (4/4/2018).

Seusai mendampingi Presiden memberi surat kepercayaan kepada 11 Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh (LBPP) Designate Resident dan Designate Non Resident untuk Republik Indonesia, Retno mengemukakan masih banyak potensi kerja sama yang bisa digali di kawasan Afrika.

Untuk menggali potensi tersebut, Retno berkomitmen untuk memanfaatkan momen IAF di Bali.

"Jadi beberapa negara misalnya Pantai Gading, menterinya juga akan hadir. Cukup banyak deal bisnis yang akan kita lakukan dengan negara-negara di Afrika," ucapnya.

World Economic Forum mencatat nilai perdagangan Indonesia dengan Afrika sempat menyentuh US$7,66 miliar pada 2016 yang menandakan masih banyaknya potensi yang bisa digarap.

"Banyak sektor ya. Tapi, saya akan simpan dulu untuk Indonesia Afrika Forum karena masih ada beberapa yang difinalisasi. Sebagai clue saja antara lain adalah industri strategis kita seperti pesawat CN-235," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini