Twitter Tingkatkan Upaya Perangi Misinformasi dan Berita Hoax

Bisnis.com,06 Apr 2018, 08:37 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Logo Twitter/Reuters-Kacper Pempel

Bisnis.com, JAKARTA – Twitter membela kebijakannya dan mengatakan akan berinvestasi lebih banyak dalam memerangi misinformasi, setelah mengajukan kritik atas jumlah akun palsu dan berita hoax yang muncul selama penembakan di kampus YouTube pada Selasa (3/4/2018) lalu.

Twitter mendapat kecaman karena berita hoax sebelumnya, namun kali ini berita palsu yang muncul sangat buruk. Setelah mendokumentasikan banyak contoh pelecehan, Buzzfeed yang dikutip CNBC menyatakan bahwa Twitter tidak lagi menjadi tempat yang berguna untuk mengikuti berita terbaru.

Sementara itu, pengguna 4chan berkoordinasi untuk menyoroti tersangka palsu. Seseorang meretas dan memposting dari akun karyawan YouTube yang ada di TKP. Kemudian, berita yang belum dikonfirmasi tersebut disebarkan akun-akun Twitter lain.

Dalam posting blog berjudul Serving the Public Conversation During Breaking Events, Twitter mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir telah menjadi lebih baik dan lebih cepat dalam menanggapi masalah ini, tetapi tidak pernah ingin menjadi penengah kebenaran.

Ketika Twitter mendeteksi akun yang dengan sengaja membagikan informasi yang menipu dan berbahaya, Twitter dapat menangguhkan akun atau menghapus tweet berdasarkan kebijakan yang ada mengenai perilaku kasar, perilaku kebencian, ancaman kekerasan, dan melawan spam. Setelah Buzzfeed memposting dokumentasi hoax, banyak akun dan tweet tersebut dihapus.

Perusahaan menyoroti upaya untuk mengurangi masalah dengan membuat "Momen" Twitter dari konten tepercaya dalam 10 menit dari tweet pertama. Di masa mendatang, Twitter mengatakan akan terus mencoba untuk meningkatkan teknologi untuk mendeteksi akun yang berniat buruk, akun bot, dan lebih cepat menggunakan tinjauan manusia.

Memberikan lebih banyak moderasi konten oleh manusia bersama dengan penandaan algoritmik telah menjadi salah satu solusi utama yang disebut-sebut oleh Facebook dan YouTube, yang juga telah menjadi sarang untuk menyebarkan informasi palsu.

"Pekerjaan ini sedang berlangsung. Kami terus mengeksplorasi dan berinvestasi dalam hal yang dapat kami lakukan dengan teknologi, opsi penegakan hukum, dan kebijakan kamil; tidak hanya di AS, tetapi untuk semua orang yang kami layani di seluruh dunia,” tulis Twitter, seperti dikutip CNBC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini