Lagarde: Kita tak ingin Sistem Perdagangan Global Hancur Lebur

Bisnis.com,11 Apr 2018, 20:56 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde (kedua kanan) meninjau pameran produk unggulan daerah di sela-sela menghadiri acara High Level International Conference di Jakarta, Selasa (27/2/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde menyerukan agar ekonomi global menghindari pusaran proteksionisme yang dapat menenggelamkan momentum positif dalam pertumbuhan ekonomi global.

Lagarde menyampaikam dalam pidatonya di Hong Kong bahwa IMF masih optimistis dengan prospek pertumbuhan ekonomi global.

“Ya, gambaran pertumbuhan global masih cerah. Tapi kami melihat awan hitam mulai menghampiri,” kata Lagarde seperti dikutip Bloomberg, Rabu(11/4/2018).

Dia melanjutkan, perekonomian global masih mendapatkan momentum dari meningkatnya investasi, rebound sektorperdagangan, dan kondisi keuangan yang menguntungkan, sehingga telah meningkatkan pengeluaran korporasi dan rumah tangga.

Adapun IMF akan mengubah perkiraan pertumbuhan ekonomi globalnya pada 17 April 2018. Pada Januari, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,9% pada tahun ini dan tahun depan.

Lagarde mengingatkan, sistem perdagangan global telah berhasil mengurangi kemiskinan, mengurangi biaya hidup, dan membuka lapangan pekerjaan berupah tinggi.

“Kini semua manfaat [dari sistem perdagangan global] itu berada dalam bahaya. Akibat yang bisa disebabkan oleh kegagalan kebijakan seperti ini tidak bisa ditoleransi,” imbuhnya.

Tanpa mengacu langsung kepada Amerika Serikat dan China, Lagarde menekankan restriksi impor dapat merugikan semua pihak, khususnya konsumen yang lemah.

Hambatan seperti itu, menurutnya, akan mengurangi peran esensial dari perdagangan sebagai pendorong produktivitas dan penyerapan teknologi baru.

Sementara itu, Lagarde menilai, risiko terbesar dari tensi perang dagang memang rendah untuk mempengaruhi tingkat pertumbuhan, namun dapat merusak selera dan keyakinan para investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini