HARGA BERAS: Sulit Patuhi HET, Ini Kata Guru BEsar IPB

Bisnis.com,17 Apr 2018, 14:09 WIB
Penulis: Rayful Mudassir
Ilustrasi./.

Bisnis.com, JAKARTA– Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa mengatakan harga beras akan sulit menyentuh harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah.

Faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi adalah penggunaan acuan untuk harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah cukup rendah yakni Rp3.700 per kilogram gabah kering panen. Sedangkan, biaya produksi di tingkat petani terus mengalami peningkatan. Dwi Andreas memaparkan biaya produksi di tingkat petani mencapai Rp4.199 per kilogram untuk gabah kering panen pada akhir 2017. Sementara pada Januari 2018 dari hasil kajian di 26 kabupaten di Indonesia, pihaknya mencatat biaya produksi cukup tinggi yakni Rp4.286 per kilogram.

“Biaya produksi ini terus mengalami peningkatan. Harga HET tidak akan tercapai,” katanya.

Menurutnya pemerintah harus mengeluarkan Inpres baru meningkatkan HPP dengan minimum harga Rp4.300 per kilogram sehingga tidak merugikan petani. Bahkan HPP awal yakni Rp3.700 per kilogram nyaris tidak dapat diterapkan karena biaya produksi tinggi, sehingga menyebabkan Bulog sulit menyerap beras petani.

Selain itu pemerintah diminta mengatur kembali ketentuan HET dengan range harga beras sesuai dengan peningkatan biaya usaha tani sehingga dapat diimplementasikan hingga ke tingkat pasar. Adapun relaksasi batas atas dan batas bawah harga gabah 20% beberapa waktu lalu juga tidak efekif.

Dwi Andreas menyebutkan harga paling murah beras di pasaran hanya terjadi selama April. Sementara pada bulan berikutnya akan kembali meningkat seiring berakhirnya masa panen raya yang terjadi mulai Februari hingga April 2018. Petani akan kembali mengalami panen raya kedua pada Agustus – September, hingga kemudian memasuki masa panceklik.

Harga beras medium masih belum menyentuh patokan Harga Eceran Tertinggi Rp9.450 per kilogram seiring dengan meningginya harga yang diterima pedagang dan kenaikan biaya produksi petani.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Linda Teti Silitonga
Terkini