Rupiah Anjlok, Utang Naik, Apa Langkah Pemerintah?

Bisnis.com,24 Apr 2018, 17:58 WIB
Penulis: Ipak Ayu H Nurcaya
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memastikan akan selalu memantau pergerakan kurs rupiah terhadap mata uang asing serta mengambil langkah untuk mengantisipasi dan memitigasi risiko kurs yang terekspos terhadap utang.

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting mengatakan, dampak dari risiko kurs akan terlihat dari beban pembayaran kewajiban utang pada 2018.

Total outstanding utang valas pemerintah per akhir Maret 2018 sekitar US$109,6 miliar, yang lebih dari separuhnya merupakan pinjaman dengan bunga relatif murah.

"Pemerintah telah mengantisipasi kenaikan pembayaran bunga utang karena depresiasi rupiah dan menyiapkan pembayarannya dalam hal depresiasi tersebut terealisasi," katanya kepada Bisnis, Selasa (23/4/2018).

Loto mengemukakan, pihaknya akan melakukan natural hedging untuk mengurangi risiko kurs dengan membayar beban utang valas menggunakan penerimaan negara dalam valas. Langkah selanjutnya, pemerintah telah mempersiapkan instrumen lindung nilai untuk mengelola risiko dimaksud.

Portofolio utang kita juga diversified atas berbagai mata uang. Pelemahan rupiah terhadap US$ di satu sisi, diikuti oleh penguatan di mata uang lain. Jadi efek apresiasi US$ terhadap utang pemerintah bisa diminimalkan.

"Selain itu dampak naiknya jumlah utang karena naiknya kurs, tidak serta merta kita bayar saat ini, tetapi akan disebar dalam beberapa tahun ke depan. Mungkin saja kurs di masa depan akan menguat dan nilai utang juga tergerus oleh inflasi, sehingga berpotensi menurunkan beban utang pemerintah," ujarnya.

Nilai tukar rupiah rebound dari level terendahnya dalam lebih dari dua tahun terakhir, pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (24/4/2018).

Rupiah ditutup rebound 0,62% atau 86 poin pada level Rp13.889 per dolar AS, setelah dibuka dengan apresiasi 54 poin atau 0,39% di Rp13.921 per dolar AS.

Rupiah berhasil mengakhiri pelemahan selama empat hari perdagangan terakhir setelah pada perdagangan kemarin, Senin (23/4), rupiah ditutup melemah 0,59% ke level Rp13.975 per dolar AS sebagai level terendah dua tahun lebih.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.872 – Rp13.976 per dolar AS.

Rupiah memimpin penguatan mata uang di Asia hari ini yang mayoritas terapresiasi. Penguatan rupiah diikuti oleh baht Thailand yang menguat 0,28% dan dolar Singapura yang naik 0,21%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini