Memoar Mantan Direktur FBI James Comey Tentang Karakter Trump Jadi Best Seller

Bisnis.com,25 Apr 2018, 07:50 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Mantan Direktur FBI James Comey/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA – Memoar mantan Direktur FBI James Comey yang menyingkap rincian pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump laris manis, bahkan disebut-sebut mengalahkan pencapaian buku kontroversial “Fire and Fury”.

Pihak penerbit menginformasikan buku “A Higher Loyalty: Truth, Lies, and Leadership” karya Comey berhasil terjual sekitar 600.000 kopi dalam semua format pada pekan pertamanya, sekaligus masuk dalam jajaran buku bertemakan politik terlaris.

Buku tersebut sejauh ini mampu melampaui pencapaian memoar kampanye “What Happened” tulisan Hillary Clinton serta karya jurnalis Michael Wolff yang mengekspos Gedung Putih berjudul “Fire and Fury” dalam hal penjualan pekan pertama, menurut data industri.

Buku “What Happened” karya Clinton terjual lebih dari 300.000 kopi, termasuk dalam bentuk hardcover, e-book, CD, dan audio digital, pada pekan pertama setelah dipublikasikan pada September 2017, menurut perusahaan penerbit Simon & Schuster.

Adapun karya Wolff mencatat debutnya pada bulan Januari dengan angka penjualan sekitar 28.000 kopi. Permintaan yang lebih tinggi dari perkiraan kemudian mendorong angka pesanan yang jauh lebih besar pada pekan pertama.

Flatiron Books, sebuah divisi penerbitan dari Macmillan, menyebutkan telah mencetak lebih dari 1 juta salinan buku Comey. Meski demikian, tidak disebutkan apakah penjualan pada pekan pertama bersifat global atau hanya terbatas di Amerika Serikat.

Beberapa waktu terakhir, Comey memang menjadi sorotan media dengan bukunya. Buku ini telah memicu kegusaran Trump ketika Comey membandingkan Presiden ke-45 AS tersebut dengan seorang bos mafia yang menekankan kesetiaan pribadi di atas hukum serta tidak terlalu menghargai moralitas ataupun kebenaran.

Trump memberhentikan Comey pada Mei tahun lalu saat FBI menyelidiki tuduhan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden 2016 serta kemungkinan kolusi antara Rusia dan tim kampanye Trump. Trump sendiri telah berulang kali membantah adanya kolusi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini