UGM Minta Presiden Pimpin Swasembada Sapi Nasional

Bisnis.com,29 Apr 2018, 23:35 WIB
Penulis: Fitri Sartina Dewi
Sapi Belgian Blue hasil pengembangan Balai Embrio Ternak Cipelang yang lahir pada Sabtu (9/12) dengan berat 51 kilogram diberi nama Srikandi./Istimewa

Bisnis.com,JAKARTA—Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada meminta Presiden Joko Widodo memimpin langkah menuju swasembada sapi secara nasional.

Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada masyarakat, dan Kerjasama Fakultas Pertanian UGM Bambang Suwignyo mengatakan upaya tersebut dipastikan akan mendorong peningkatan kesejahteraan peternak Indonesia sekaligus meningkatkan pasokan sapi potong bagi kebutuhan masyarakat secara nasional.

“Program swasembada sapi mendesak diwujudkan, karena itu program ini harus di bawah kendali Presiden Jokowi,” ujarnya melalui keterangan resmi, Minggu (29/4/2018).

Menurutnya, peran pengendalian dari Presiden sangat menentukan keberhasilan program tersebut. Khususnya, dalam memberikan kepastian regulasi dan kebijakan untuk mendukung dan melindungi cita-cita berswasembada. Cita-cita itu memerlukan konsistensi, kejelasan tahapan dan pasti melibatkan banyak sektor serta jangka panjang.

“Satu-satunya jalan untuk berswasembada secara berdaulat adalah dengan cara meningkatkan populasi sapi dan kerbau di seluruh Indonesia. Mengingat besarnya kebutuhan masyarakat akan daging sapi dan kerbau, sementara produksi dalam negeri cukup rendah,” katanya.

Bambang menambahkan, sebelumnya pemerintah menargetkan program swasembada daging sapi pada tahun 2010. Akan tetapi, targetnya direvisi menjadi tahun 2014.

Kebutuhan daging sapi dapat diprediksi dari angka konsumsi daging sapi nasional yaitu sebesar 2,38 kg per kapita per tahun atau setara 21,27% dari total konsumsi daging nasional. Jika penduduk diasumsikan sejumlah 240 juta jiwa, maka diperlukan daging yang berasal dari sapi sejumlah 571,2 ribu ton per tahun.

“Jika dalam bentuk ternak hidup, maka setara dengan ternak sapi sebanyak 4,76 juta ekor per tahun. Asumsinya, berat hidup sapi mencapai 300 kg per ekor,” paparnya.

Lebih lanjut, dia menyatakan swasembada sapi disebut berhasil ketika dapat memenuhi 90% kebutuhan nasional.

Menurut dia, jika program swasembada sapi tetap dipaksakan memenuhi 90% kebutuhan daging sapi-kerbau hanya mengandalkan dari dalam negeri, dengan asumsi tren pertumbuhan ternak tidak berubah, maka sapi-kerbau Indonesia akan habis dalam waktu 5 tahun.

“Jika langkah ini tidak dikendalikan segera melalui swasembada sapi yang terarah, terencana, terprogram, dengan road map yang jelas dan terintegrasi, maka pemerintah dapat terjebak pada kesulitan lebih rumit untuk memenuhi kebutuhan sapi secara nasional. Sehingga biaya yang diperlukan untuk kebutuhan itu menjadi kian melonjak,” ujarnya.

Jumlah ideal sapi potong, jelasnya, untuk berswasembada adalah 62 juta ekor, sedangkan saat ini Indonesia baru ada sekitar 15 juta ekor. Sehingga tidak masalah jika pemenuhan daging sapi dikombinasikan dengan impor sampai jangka waktu tertentu atau sesuai road map.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini