KUARTAL I/2018: Kinerja Mandom Indonesia (TCID) Tertekan Daya Beli

Bisnis.com,01 Mei 2018, 12:08 WIB
Penulis: Tegar Arief
Gedung Mandom Indonesia. /mandom

Bisnis.com, JAKARTA - Banyaknya konsumen yang menunda belanja cukup menekan penjualan bersih emiten kosmetik PT Mandom Indonesia Tbk. Pada kuartal I/2018, pendapatan emiten bersandi TCID ini rontok.

Dari laporan keuangan yang dirilis perseroan, total penjualan yang berakhir 31 Maret 2018 hanya mencapai Rp681,15 miliar, turun sebesar 6,86% dibandingkan capaian pada kuartal I/2017 yang mencapai Rp731,35 miliar.

Laba bersih periode berjalan perusahaan tersebut juga tergerus. Pada 3 bulan pertama tahun ini, total laba hanya mencapai Rp68,1 miliar, turun sebesar 6,76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni senilai Rp73,04 miliar.

"Penyebabnya ada beberapa hal, di antaranya pola belanja konsumen yang berubah, sekarang banyak spending ke entertainment dan banyak juga konsumen yang saving," kata Corporate Secretary PT Mandom Indonesia Tbk. Alia Dewi kepada Bisnis.com, Senin (30/4/2018).

Dia berdalih, pada dasarnya kinerja industri kosmetik pada awal tahun ini kurang begitu memuaskan karena adanya perlambatan ekonomi terutama di sektor riil , serta banyaknya konsumen yang menunda belanja karena persiapan Ramadan dan IdulFitri.

Dewi optimistis pada kuartal kedua tahun ini penjualan bisa meningkat. Penyebabnya adalah pencairan tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS) sehingga mengerek daya beli masyarakat.

"Harapannya seperti itu. Tapi kami tetap harus antisipasi karena Lebaran tahun lalu pertumbuhannya tidak terlalu bagus juga," sambungnya.

Antisipasi yang dilakukan perseroan untuk merangsang penjualan adalah dengan menghadirkan berbagai produk baru dalam waktu dekat. Dewi meyakini, produk baru akan menjadi stimulus kinerja perseroan.

Tahun ini, TCID menaikkan anggaran untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) pada tahun ini hingga 42,85% menjadi Rp200 miliar. Adapun pada tahun lalu capex perseroan hanya senilai Rp140 miliar.

Dana tersebut akan digunakan untuk pembelian mesin baru guna menunjang produksi, serta investasi di bidang teknologi dan informasi (TI) untuk mendukung otomatisasi. Adapun sumber dana adalah dari profit selama 2017, pengembalian pajak, dan kas.

Sementara itu, jumlah aset perseroan per 31 Maret lalu tercatat mencapai Rp2,43 triliun. Angka tersebut naik sebesar 3,17% dibandingkan dengan jumlah aset per 31 Desember 2017 yang senilai Rp2,36 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Riendy Astria
Terkini