IHSG Terdongkrak oleh Kinerja Saham Kelas Menengah

Bisnis.com,01 Mei 2018, 01:30 WIB
Penulis: Hafiyyan
Karyawan beraktivitas di dekat papan elektronik penunjuk Indeks Harga Saham Gabungan, di Jakarta, Selasa (27/2/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA-Sepanjang tahun berjalan, saham-saham berkapitalisasi menengah lebih mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akibat aksi rebalancing portofolio oleh investor.

Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang tahun berjalan hingga Jumat (27/4/2018), 10 emiten pendorong IHSG didominasi saham emiten berkapitalisasi menengah.

Sebaliknya, dari daftar 10 saham penekan IHSG, saham emiten berkapitalisasi besar berada di urutan 8 terbesar. Saham tersebut antara lain HMSP, UNVR, TLKM, BBRI, BMRI, ASII, BBNI, dan GGRM.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menjelaskan, tahun lalu saham-saham berkapitalisasi pasar besar berhasil mendorong IHSG meningkat tajam hampir 20%. Namun, kenaikan tersebut membuat valuasi sahamnya cenderung mahal.

Di samping itu, kalangan investor, terutama nasabah asing, melakukan rebalancing portofolio investasi dengan menghindari aset-aset berisiko. Sebagian pelaku pasar menghindari aset berisiko seperti saham dan beralih ke SUN.

"Investor melakukan rebalancing seiring dengan ketidakpastian global seperti perang dagang AS dan China, serta konflik di wilayah Timur Tengah," tuturnya kepada Bisnis, Minggu (22/4/2018).

Aksi rebalancing juga juga dilakukan di pasar saham, karena investor mengincar sektor-sektor yang berpotensi meningkat tajam, seperti komoditas tambang. Terbukti saham-saham tersebut berhasil menanjak seiring dengan memanasnya harga komoditas.

Hans menyebutkan, dalam situasi seperti ini, investor dapat memanfaatkan momentum untuk melakukan aksi beli. Sektor saham yang dapat diperhatikan selain komoditas ialah properti dan infrasruktur.

Saham sektor properti menarik karena sudah stagnan beberapa tahun terakhir, dan berpotensi rebound. Adapun, sektor kontruksi dapat meningkat karena pemerintahan Joko Widodo bisa terpilih untuk dua periode sehingga fokus pengembangan infrastruktur berlanjut.

"Saran untuk investor ialah situasi koreksi bisa menjadi momentum akumulasi beli. Karena Indonesia cukup kondusif sebagai negara tujuan investasi," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pamuji Tri Nastiti
Terkini