Bisnis.com, JAKARTA- Para petinggi bank sentral Amerika Serikat nampaknya mensikapi kenaikan inflasi yang saat ini berada di atas angka 2% dengan tenang.
Hal itu ditunjukkan dengan keputusan rapat petinggi bank sentral AS yaitu Federal Reserve untuk tidak menaikkan suku bunganya pada pertemuan 1-2 Mei 2018.
Pada pernyataan Rabu waktu setempat atau Kamis WIB (3/5/2018), petinggi Fed mengisyaratkan tidak ada niat untuk mempercepat pengetatan kebijakan moneter secara bertahap seperti dikutip Bloomberg.
Sejak Maret 2017, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) telah menyatakan tidak akan bereaksi berlebihan jika inflasi melebihi targetnya.
"Pengulangan kata "simetris" adalah sinyal yang jelas," kata Guy Lebas, Kepala Ahli Strategi Pendapatan Tetap Janney Montgomery Scott LLC seperti dikutip Bloomberg, Kamis (3/4/2018).
Seperti diketahui, The Fed menaikkan suku bunga acuannya tiga kali tahun lalu
Para pejabat Fed mengindikasikan pada Maret mereka mengharapkan tiga atau empat kenaikan suku bunga pada 2018. Terakhir kali naik 25 basis poin menjadi 1,75% pada pertemuan Maret 2018.
Bank sentral AS, Federal Reserve, mempertahankan suku bunga acuannya pada Rabu (2/5/2018) dan menyatakan keyakinan bahwa kenaikan inflasi yang mendekati target akan dipertahankan.
Komite penetapan suku bunga The Fed juga mengesampingkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pekerjaan baru-baru ini, serta mengatakan bahwa aktivitas telah berkembang dengan tingkat sedang dan lapangan pekerjaan rata-rata cukup kuat dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam sebuah pernyataan setelah berakhirnya pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dilansir Reuters, The Fed mengatakan inflasi telah bergerak mendekati target dan bahwa dalam periode 12 bulan ke depan diperkirakan akan berjalan di dekat target 2%.
Keputusan The Fed untuk mempertahankan Fed Fund Rate dalam kisaran 1,5%-1,75% diambil dengan suara bulat. Investor sebelumnya memperkirakan tidak ada kenaikan pada pertemuan pekan ini. Pasar saham dan imbal hasil obligasi sebagian besar tidak terpengaruh oleh keputusan tersebut.
"Dari pandangan kami mengenai pernyataan The Fed, itu sangat hambar. Pandangan mereka kira-kira seimbang," kata John Canavan, analis pasar di Stone & McCarthy Research Associates, seperti dikutip Reuters.
Kepercayaan keseluruhan The Fed terhadap prospek ekonomi juga disoroti oleh pernyataannya bahwa investasi bisnis tetap terus tumbuh kuat.
Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell telah menyatakan bank sentral akan mengejar pendekatan konservatif terhadap kebijakan moneter serta melanjutkan secara bertahap kenaikan suku dalam menghadapi ekonomi yang kuat yang belum memicu lonjakan inflasi.
Data inflasi yang menjadi acuan The Fed melonjak 1,9% pada Maret 2018 secara year-on-year (yoy). Ini menjadi kenaikan terbesar sejak Februari 2017, setelah meningkat 1,6% secara yoy.
Investor sangat mengharapkan kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan The Fed pada 12-13 Juni 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel